Jumat, 28 November 2014

Makalah Psikologi Shalat


PSIKOLOGI AGAMA
MAKALAH
DIMENSI PSIKOLOGI SHOLAT
ditulis untuk memenuhi tugas terstruktur matakuliah psikologi agama
yang dibina oleh Bapak Haryu Islamuddin, S.Ag, M.Si


 




                                                                                                                   



Oleh: Kelompok 5


   Ulva Nurmala Sari                                       : 084 122 069
   Nur Halimah                                                : 08 4122 044
   Hikmatur Rohmah                                       : 084 122 057
   Isfina Yuli                                                    : 084 122 040
   Umi Alfiatun Ni’mah                                   : 084 122 054
   Anis Fitrohatin                                             : 084 122 048

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
JURUSAN TARBIYAH/ PENDIDIKAN BAHASA ARAB
Nopember, 2014





BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Psikologi agama adalah ilmu yang meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada seseorang dan mempelajari berapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya.[1]
Kehidupan beragama pada setiap muslim salah satunya ialah melaksanakan ibadah sholat. Sholat ialah suatu ibadah yang mengandung perkataan dan perbuatan tertentu yang di mulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.[2] 
Dalam sholat mengandung manfaat seperti manfaat dalam kesehatan (fisik) maupun secara psikis. Dalam melaksanakan ibadah sholat, seseorang akan merasa lebih tenang, dengan begitu kondisi psikis seseorang akan lebih terkontrol dengan baik. Jika psikis seseorang baik maka dapat memberi manfaat terhadap kondisi fisik seseorang karena psikis seseorang lebih rentan untuk menjadi pengaruh kondisi kesehatan fisik seseorang. Selain bermanfaat pada fisik dan psikis, sholat juga memiliki manfaat dalam kehidupan bermasyarakat serta mengandung beberapa unsur pendidikan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam makalah ini akan dibahas lebih detail tentang dimensi psikologi yang terdapat dalam sholat.

1.2 Rumusan Masalah
1.      Apa pengertian sholat dan kewajibannya?
2.      Apa pengertian dimensi psikologi sholat?
3.      Bagaimana dimensi psikologi sholat dari aspek kesehatan?
4.      Bagaimana dimensi psikologi sholat dari aspek keagamaan?
5.      Bagaimana dimensi psikologi sholat dari aspek pendidikan?
6.      Bagaimana dimensi psikologi sholat dari aspek sosial?
7.      Bagaimana dimensi psikologi sholat dari aspek perubahan tingkah laku?
8.      Bagaimana dimensi psikologi sholat dari aspek finansial/keuangan?

1.3 Tujuan
1.      Untuk mengetahui pengertian dan kewajiban sholat
2.      Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan dimensi psikologi sholat
3.      Untuk mengetahui dimensi psikologi sholat dari aspek kesehatan
4.      Untuk mengetahui dimensi psikologi sholat dari aspek keagamaan
5.      Untuk mnegetahui dimensi psikologi sholat dari aspek pendidikan
6.      Untuk mengetahui dimensi psikologi sholat dari aspek sosial
7.      Untuk mengetahui dimensi psikologi sholat dari aspek perubahan tingkah laku
8.      Untuk mengetahui dimensi psikologi sholat dari aspek finansial/keuangan












BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian dan Kewajiban Sholat
Shalat menurut pengertian bahasa adalah doa. Pengertian in terlihat antara lain terlihat dari firman Allah;
وَصَلِّ عَلَيْهِمْ اِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ
            . . . dan doa-kanlah mereka, karena doa-mu merupakan ketentraman bagi mereka.(QS 9: 103).[3]
Shalat menurut pengertian istilah ialah suatu ibadah yang mengandung perkataan dan perbuatan tertentu yang di mulai dengan takbir dan di sudahi dengan salam.[4] Shalat di syariatkan pada malam isra’ mi’raj. Hukumnya fardhu ‘ain bagi setiap muslim yang mukallaf, yang di tetapkan dengan dalil Al-Qur’an, sunnah dan ijma’. Ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan shalat antara lain adalah:
وَمَااُمِرُوااِلاَّلِيَعْبُدُواالله مُخْلِصِيْنَ لَهُ اللدِّيْن حُنَفَاءً, وَيُقِيْمُوْاالصَّلاَةَ وَيُؤْتُوْاالزَّكَاةَ, ذَالِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمَةُ
“Padahal mereka tidak di perintah melainkan supaya mereka menyembah Allah dengan mengikhlaskan diri karena-Nya, mereka menjauhi kesesatan, dan (supaya) mereka mendirikan shalat dan member zakat karena yang demikian itulah agama yang lurus.”(QS.98:5).[5]
فَاَقِيْمُوْاالصَّلَاةَ وَتُوْاالزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوْابِاللهِ هُوَمَوْلاَكُمْ فَنِعْمَ النَّصِيْرِ  الحج
Maka dirikan olehmu shalat dan bayarkanlah zakat ,dan berpegang teguhlah dengan (agama) Allah. Ia Tuhan kamu, malah sebaik-baik tuhan dan sebaik-baik penolong.”(QS.22:78).[6]
اِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَي المُؤْمِنِيْنَ كِتَابًا مَوْقُوْتًا النساء
“Sesungguhnya shalat bagi orang-orang yang beriman mempunyai ketentuan waktu.”(QS 4:103).[7]
Adapun dalil sunnah  antara lain sebagai berikut:
عَنِ ابْنِ عُمَرَ اَنَّ النَّبِيَّ صلي الله عليه وسلم قال : بُنِيَ الاِسْلاَمُ عَلَي خَمْسٍ: شَهَادَةُ اَنْ لآ اِلَهَ اِلاَّالله، وَاَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله، وَاِقَامُالصَلاَةِ، وَاِيْتَا ءُالزَّكَاةِ، وَصَوْمُ رَمَضَا، وَحِجُّ الْبَيْتِ مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلاً متفق عليه
Dari ibnu umar bahwa Nabi SAW bersabda: Islam dibikin di atas lima perkara: mempersasikan bahwa tidak ada tuhan selain Allah, bahwa Muhammad adalah rosulullah, mendirikan shalat, membayar zakat,puasa Ramadan dan melaksanakan Haji ke Baitullah”. (HR . muttafaq ‘alaih).

2.2 Pengertian Dimensi Psikologi Sholat
Dimensi psikologi sholat adalah sholat yang ditinjau dari berbagai aspek yang dapat memberi dampak positif bagi orang yang melakukannya secara psikologi yakni bagi jiwa atau tingkah laku. Ibadah sholat memiliki dua dimensi, yaitu dimensi individual dan dimensi sosial. Dimensi individual adalah bagaimana sholat itu dijadikan sarana untuk berkomunikasi secara individu dengan Allah SWT. Dimensi sosial adalah bagaimana sholat membawa dampak positif bagi lingkungan sosial masyarakat dimana individu itu berada.
Adapun yang termasuk dalam dimensi sholat secara individual yaitu :
  1. Dimensi Psikologi Sholat dari Aspek Kesehatan
            Setiap benda memiliki perbedaan dalam merawatnya. Satu-satunya pihak yang mampu menciptakan program perawatan atas benda itu adalah penciptanya sendiri. Seperti halnya manusia, hanya Allah-lah satu-satunya yang mampu menciptakan “program” perawatan bagi manusia. Allah berfirman dalam QS. Al-Mulk: 14
أَلا يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
“Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan kamu rahasiakan) Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”
            Gerakan shalat memiliki karakteristik istimewa yang setara dengan prinsip-prinsip latihan olahraga yang benar.[8] Apabila gerakan-gerakan shalat dilakukan dengan benar, selain menjadi latihan yang menyehatkan juga mampu mencegah dan menyembuhkan berbagai macam penyakit.[9]
            Melaksanakan shalat dengan teratur dan rutin dapat menjamin tidak terjadinya ganguan penyakit dalam tubuh. Manfaat yang didapat kali pertama dari pelaksanaan shalat lima kali dalam sehari semalam adalah penyembuhan penyakit tubuh. Kemudian, shalat dapat menjadi terapi secara langsung apabila terdapat penyakit tubuh, sebelum penyakit tersebut parah dan kompleks. Maka, dengan shalat, manusia seakan-akan berada dihadapan mesin yang akan mengecek kesehatan tubuhnya lima kali sehari. Dengan kata lain, seakan-akan manusia berdiri dihadapan penciptanya.[10]Subhanallah
Berikut ini adalah gerakan shalat dan mukjizatnya
1.      Mengangkat tangan ketika takbiratul ihram
Dalam kehidupan normal, manusia dapat mengalami pembengkokan pada bagian punggung yang disebabkan karena bekerja yang menuntut tubuh membungkuk berlama-lama, seperti di kantor-kantor ataupun karena faktor lanjut usia. Yang mengakibatkan penyempitan ruang gerak paru-paru sehingga menyebabkan oksigen yang masuk sedikit, berkurangnya oksigen menyebabkan penyerapan sari-sari makanan dan proses pembersihan sisa metabolisme dalam tubuh lambat yang menyebabkan otot-otot menjadi lemah lelah dan lemah, dan otak cepat mengalami tekanan (stres).[11]
      Mengangkat tangan dan meluruskan kembali punggung dapat menambah kelapangan rongga dada.  Kuantitas darah yang kaya dengan oksigen bertambah. Darah bisa mengalirkan sari-sari makanan ke seluruh tubuh dan membersihkan sisa-sisa metabolisme, sehingga otot dan otak tidak cepat lelah ataupun stres.
      Dalam hadits riwayat Abu Hurairah disebutkan bahwa ketika shalat, Rasulullah mengangkat kedua tanganya dengan lurus. Mengangkat kedua tangan dengan cara ini sangat baik untuk melatih otot dan urat-urat jari sesuai dengan tuntutan sehari-hari yang banyak membutuhkan peran tangan.
      Latihan ini memang sederhana karena lengan itu tidak menanggung beban kecuali lengan itu sendiri. Hal ini menjadi semacam latihan persiapan agar otot lengan lebih siap menanggung beban berikutnya seperti dalam sujud, dan lain-lain.[12]
2.      Kedua tangan dilipat di depan dada
Hikmah meletakan tangan didepan dada ada dua, yaitu:
a.       Meletakkan kedua tangan didepan dada, tepatnya antara pusar dan tulang rusuk, adalah posisi paling baik untuk lengan, dilihat dari susunan anatomi tubuh. Buktinya, kalau seseorang mengalami patah lengan maka lengannya digip dan digantung ke leher untuk menjamin agar tetap dalam posisi tersebut. Posisi tersebut sama dengan posisi dalam shalat. Hanya saja dalam shalat tangan tidak digantung di leher melainkan cukup bertumpu pada otot-otot dua lengan agar posisinya tepat.
b.      Meletakkan tangan kanan diatas tangan kiri berarti mempertahankan kesejajaran kedua pundak. Ketika memosisikan dua tangan seperti ini maka lengan berada pada posisi sudut yang sama. Pundak juga berada pada sudut yang sama.
Selain memperkuat posisi pundak, posisi tangan seperti ini juga dapat menguatkan posisi dua telapak kaki karena berpijak pada sudut dataran yang sama, yaitu tanah. Dapat membagi konsentrasi beban tulang pinggul pada dua sisi pada bagian bawah. Posisi ini dapat menghalangi timbulnya efek pembengkokan susulan pada tulang punggung. Posisi ini bisa menjadi terapi apabila dilakukan secara kontinu melalui shalat lima waktu.[13]

3.      Berdiri tegak dalam shalat
Saraf sumsum mengalir melalui tulang punggung. Ketika lengkungan tulang punggung itu bertambah maka saluran saraf itu juga semakin pendek sehingga terjadi tekanan. Jika meletakkan kedua tangan didepan dada menyebabkan tubuh miring kebelakang, memandang ketempat sujud membuat kepala sedikit menunduk kedepan. Hal ini dapat mengurangi lengkungan pada bagian tulang belakang bagian pinggang.
Keadaan tubuh pada posisi ini adalah seperti timbangan. Ketika seseorang shalat memandang lurus kedepan atau keatas maka tulang pangkal paha akan bertambah melengkung kebelakang. Tetapi, ketika menunduk kearah dua kakinya yang berarti harus memiringkan kepalanya kedepan dan menekan tulang punggung maka kira-kira hal itu dapat menyebabkan tulang pahanya tegak lurus. Karena itu, memandang ke tempat sujud adalah posisi yang paling baik untuk kepala. Posisi inilah yang akan mempertahankan lengkungan tulang pangkal paha, juga menambah lengkungan pada tulang leher.
      Rasulullah melarang orang yang sedang shalat menoleh kesana-kemari. Hal ini menunjukkan bahwa pandangan hanya boleh diarahkan ke tempat sujud. Aisyah ra berkata, “Aku bertanya kepada Rasullah saw tentang menoleh dalam shalat. Rasullah menjawab, ‘Itulah cara setan merampas kekhusyuan shalat semua hamba.’” (HR Bukhari)
      Hadis-hadis dan petunjuk para sahabat menunjukkan bahwa berdiri dalam shalat itu relatif lama karena harus membaca surat Al-Fatihah dan beberapa surat lainnya. Waktu berdiri yang lama ini, memberikan kesempatan yang banyak pada tubuh dan otot-otot untuk memperbaiki kondisi tubuh atau menyembuhkan beberapa penyakit yang menjangkitinya. Jika penyakit itu timbul dari kebiasaan yang buruk, untuk menyembuhkannya juga dibutuhkan kebiasaan melakukan gerakan-gerakan yang benar setiap hari.[14]



4.      Ruku
Berubahnya posisi berdiri ke posisi badan membentuk sudut yang lurus dengan kedua kaki tetap berdiri. Posisi pinggang lurus dan kokoh, tidak loyo dan tidak membungkuk.[15]
      Berdasarkan tuntunan Rasulullah saw ketika ruku, dua siku harus merenggang atau jauh dari dua lambung. Posisi ini berbeda dengan wanita. Wanita dianjurkan merapatkan siku dan lambungnya agar dapat menutupi tubuhnya. Mengapa posisi ruku ini berbeda pada laki-laki dan wanita?
      Ketika seorang laki-laki merenggangkan siku dari lambungnya saat ruku maka bagian bawah dan bagian luar dari segitiga tulang belikat itu akan tertekan kebelakang. Posisi ini berfungsi memperbaiki dua pundak dan punggung yang bengkok ke depan sekaligus. Selain itu, hal ini pun akan menambah kelegaan pada rongga dada dan paru-paru sehingga pembersihan dari sisa pembakaran akan berjalan cepat, serta otot tidak cepat lelah.
      Sementara pada wanita, karena terdapat dua payudara didada maka sulit terjadi lingkaran pada pundak. Kedua payudara itu sesungguhnya bisa menjaga kelurusan punggung. Hanya saja, tidak bisa menghindarkan wanita dari kemungkinan tulang punggung melengkung ke depan. Oleh karena itu, ketika seorang wanita merapatkan siku dan lambungnya saat ruku, dia mendorong pundaknya keatas kepala, sekaligus kebelakang. Posisi ini melindungi dari kemungkinan tulang belakang melengkung kedepan atau pundak bengkok kedepan.
Seluruh posisi ruku ini, baik pada laki-laki maupun wanita, berusaha menjaga dan mengobati tubuh dari pundak atau punggung yang melengkung.[16]
5.      Berdiri dari ruku (I’tidal)
Mengangkat kepala dengan hikmat dan tenang hingga kembali pada posisi saat berdiri. Sementara kedua tangan berada di kedua sisi tubuh dan pada proses seperti itu tulang-tulang tubuh kembali lurus sebagaimana saat sebelum melakukan ruku.[17]
      Abu Humaid menggambarkan bagaimana Rasullah saw melakukan hal itu. Kata Abu Humaid, “Ketika bangun dari ruku, Nabi berdiri tegak hingga tulang punggung beliau kembali ke posisi semula.”
      Ketika seseorang hendak kembali berdiri tegak setelah ruku maka otot-otot punggung, pinggul, dan bagian belakang kaki akan mengerut. Sebaliknya, otot-otot bagian dada, perut, dan bagian depan kaki mengendur. Hal ini terjadi dikarenakan seluruh otot-otot tersebut menahan tubuh dari gaya gravitasi bumi. Kekuatan otot-otot ini memang dikenal mampu menghadapi tantangan yang berbeda-beda. Karena berdiri dari ruku mengharuskan otot-otot tersebut menahan tubuh dari tekanan gaya gravitasi bumi maka efeknya adalah terjadinya peningkatan kekuatan pada otot-otot, terutama pada bagian belakang dua kaki, pinggul, dan punggung.
      Setelah berdiri tegak dari ruku, seseorang harus mengangkat kedua tangannya sejajar dengan kedua pundaknya. Abdullah bin Umar berkata, “ketika memulai shalat, Rasulullah mengangkat kedua tangan sejajar dengan kedua pundak beliau. Begitu juga ketika bangun dari ruku sambil membaca sami’allahu liman hamidah rabbana lakal hamdu, tetapi beliau tidak melakukannya saat akan sujud.”(HR Bukhari)[18]
6.      Menurunkan badan untuk sujud
Gerakan ini berlangsung dengan cepat dan hanya perlu sedikit waktu. Tetapi dari segi manfaat (pentingnya) tidak bisa disepelekan. Manfaat ini tampak jelas bagi orang yang mengetahui detailnya gerakan (sirkulasi) darah pada saat turun dari berdiri menuju sujud.[19]
Ketika seseorang menurunkan badan untuk sujud, otot dua kaki menekan darah kembali ke jantung, kemudian berhenti sejenak. Oleh karena itu, akibat jantung memompa darah tersebut kearah atas maka dalam kuantitas yang sangat besar, darah akan kearah kepala dan otak.[20]


7.      Sujud
Ibnu Abbas menceritakan bahwa Rasullah saw bersabda, “Aku diperintahkan sujud diatas anggota tubuh, yaitu kening, dua tangan, dua lutut, dan dua telapak kaki; dan dilarang menggabungkan baju dengan rambut.” Abu humaid menjelaskan cara shalat Rasullah saw, mengatakan, “Ketika sujud, beliau merenggangkan kedua paha tanpa sedikitpun perut beliau menyentuh kedua paha.”
      Dua hadis tersebut menjelaskan bahwa Rasullah saw bertumpu pada kedua lutut yang tegak diatas tanah. artinya, dua tulang pinggul bagian kanan dan kiri berada pada posisi yang sama, yaitu sepanjang tulang paha. Posisi demikian menjadikan tulang pinggul lurus sempurna sehingga tulang pinggultidak akan bengkok atau melingkar. Bila dilakukan berulang-ulang, posisi ini bukan hanya dapat melindungi dari pembengkokan tulang pinggul, tetapi juga bisa menyembuhkannya. Karena dalam sujud, dua sisi tulang pinggul berada pada titik yang sama diatas tanah dan seringnya melakukan sujud akan mengembalikan kelurusan tulang pinggul.[21]
      Posisi sujud seorang wanita berbeda dengan laki-laki karena wanita memiliki payudara di dada yang dapat menahan terjadinya kebungkukan pada tulang pundak. Karena itu wanita tidak perlu merenggangkan tangan untuk melegakan pundak.
      Ketika sujud wanita juga tidak perlu merenggangkan kedua kakinya. Justru diwajibkan merapatkan kedua kakinya. Posisi ini berfungsi menguatkan otot-otot yang berfungsi menarik otot-otot yang menonjol, dan menahan agar pinggul dan jarak telapak kaki tidak semakin melebar.
      Wanita diwajibkan menyandarkan perut ke paha, hal ini berarti mendekatkan titik tumpu kening dan dua titik tumpu lutut. Oleh karena itu, beban yang ditanggung otot-otot lengan dan leher menjadi sedikit lebih ringan.  Dengan demikian otot-otot lengan pada wanita tidak mengalami penguatan sebagaimana laki-laki. Karena gerakan shalat berusaha menjaga kecantikan postur tubuh wanita.[22]
8.      Duduk diantara dua sujud
Duduk diantara dua tumit menyebabkan otot bagian belakang paha menekan kuat otot perut betis sehingga keduanya saling menekan. Faedahnya ada dua. Pertama, diantara cara memijit adalah memijit pelan dan memijit keras. Yang dimaksud pijatan keras adalah menekan otot dengan kuat, yang dimaksud mengosongkan otot dari darah kotor yang membawa sisa metabolism sehingga vitalitas darah di otot kembali normal. Kedua, tekanan otot pada bagian belakang paha dan otot perut betis ini dapat mencegah terjadinya pembengkokan otot betis.
9.      Sujud kedua
Mengulangi sujud sebanyak dua kali berarti, mencuci otak berulang-ulang sehingga bermanfaat dalam memperbaiki aktifitas dinamis tubuh dan menyegarkan kembali daya pikir.[23]
10.  Duduk tasyahud
Duduk tasyahut pertama menjadikan otot bagian belakang pada paha menjadi cembung tungkai saling menekan sehingga terjadi tekanan pada pembuluh darah balik di tungkai. Dengan tekanan tersebut, vena dalam kosong dari darah kotor dan sisa-sisa metabolisme lainnya. Pengosongan darah dari vena dalam ini, menjadikan darah mengalir dengan lancar dari vena luar ke vena dalam sehingga tidak ada vena yang membeku di dalam jaringan luar. Dengan demikian, seseorang akan terlindungi dari pembengkakan vena atau pembuluh darah balik di tungkai (varises).[24]
      Dalam salah satu hadits dijelaskan bahwa dalam tasyahud akhir, Nabi memasukkan kaki kiri dan tetap menegakkan kaki kanan beliau. Hal ini bertujuan untuk mengurangi potensi terjadinya efek negative yang muncul akibat tekanan yang terlalu lama atas pembuluh darah pada tungkai. Posisi kedua tangan diatas paha adalah agar untuk menahan tulang pinggul tidak miring kekiri akibat kaki kanan yang tegak.
      Mengapa kaki kanan yang ditegakkan, bukan sebaliknya, yaitu kaki kanan dimasukkan agak menyilang kekiri dan kiri ditegakkan? Karena faktanya kaki kanan lebih sering digunakan, tentu tumbuh lebih kuat. Untuk menguatkan otot kaki kanan dibutuhkan latihan yang agak lama. Selain berfungsi untuk menguatkannya, latihan ini juga untuk menjaga kelenturannya. Jadi jika posisinya dibalik, akan menjadi tidak alami karena otot kaki kiri mengencang dan bebannya semakin berat, sementara kaki kanan lebih kuat yang mestinya menanggung beban. Jika hal ini terjadi terus menerus, dapat mengakibatkan kekacauan otot-otot kedua kaki, dan berikutnya menimbulkan ganguan negatif akibat kekuatan kaki yang tidak seimbang.[25]
11.  Salam
Memalingkan kepala hingga terlihat putihnya pipi, berarti memalingkan wajah secara maksimal sehingga menambah kelenturan otot leher. Pada saat menoleh otot leher mengalami pengencangan setelah mengalami penguatan dengan demikian kelenturan otot dan persendian leher akan bertambah. Hal ini sulit dicapai dalam pelatihan olah raga, yaitu keseimbangan antara kekuatan dan kelenturan tubuh.[26]

  1. Dimensi Psikologi Sholat dari Aspek Keagamaan
1.      Shalat merupakan Mi’raj seorang Mukmin
Kita menyaksikan betapa nabi Muhammad saw. memiliki suatu kesempatan berdialog dengan Tuhannya. Dialog suci sewaktu menghadap Tuhan itu adalah suatu peristiwa penting yang menjadi inti perjalanan suci Ilahiyah, untuk menerima salat lima waktu dalam sehari semalam.
Dialog antara hamba dengan Tuhannya, merupakan karunia yang paling besar, diantara semua karunia yang diberikan kepada makhluk-Nya di bumi, kita tidak dapat mengukur karunia tersebut menurut ukuran dunia, pengalaman itu itu rupanya dimiliki Muhammad saw. Namun demikian, Allah akan memberikan karunia semacam ini, meskipun dalam bentuk yang lain kepada umat yang beriman. Kita akan merasakan situasi dialog antara kita sebagai hamba dengan Tuhan yaitu lewat ibadah shalat kita. Karena Shalat adalah tempat kita berdialog dan berbisik dengan Tuhan. Rasulullah saw. bersabda:
إنّ أحدكم إذا قام في صلاته فإنّه يناجى ربّه وإنّ ربّه بينهُ و بين القبلةِ
“ Sesungguhnya seorang kamu apabila ia berdiri waktu shalat ia berbicara dengan Tuhannya atau tuhan ada antara dia dengan kiblat.
Sebagai orang yang senantiasa melaksanakan ibadah shalat, sudahkah kita Mi’raj! Kapan kita menciptakan kondisi berdialog dan berkomunikasi langsung dengan Tuhan kita. Sewaktu akan Takbiratul Ihram, terasalah kita berhadapan dengan Dzat yang Maha sempurna. Mulailah kita ucapkan Allahu Akbar berarti Allah Maha Besar kita mengagungkan-Nya, kemudian  Alhamdulillahirabbil ‘alamin berarti “ segala puji-pujian hanya kepada Allah, Tuhan sekalian alam”, kita memuji-Nya. Dan kita ucapkan beberapa ucapan permohonan. Tuhan pun menjawab apa yang kita ucapkan, maka terciptalah dialog antara hamba dengan khaliq.
Seperti inilah kita seakan membuka pintu mi’raj. Padahal hanya Nabi Muhammad saw saja yang pernah membuka pintu mi’raj dalam sejarah manusia. Bila saja situasi begini dapat tercipta, tentu suatu kenikmatan tersendiri bagi kita yang beriman.[27]
2.      Nilai dan kedudukan shalat
Shalat memiliki suatu posisi dan kedudukan khusus dalam pembinaan manusia. Sekiranya kita memilah-milah peringkat dan posisi masing-masing tuntunan agama, maka shalat berada pada peringkat tertinggi. Shalat memiliki suatu nilai dan kedudukan yang amat tinggi yang tidak mampu di capai oleh berbagai amal ibadah lainnya.
Imam Ja’far Shadiq berkata, “ Tatkala seseorang berdiri untuk melaksanakan shalat, rahmat Allah akan turun dari langit kepadanya dan para malaikat mengelilinginya seraya mengatakan, ‘Jika orang yang shalat ini mengetahui nilai shalat, maka ia tidak mungkin akan meninggalkan shalat’.
Pada malam mi’raj, Allah sWT menunjukkan kepada Nabi saw. berbagai hakikat da kenyataan yang diantaranya adalah salat yang berbentuk sekumpulan cahaya yang terdiri dari 40 macam cahaya da menerangi sekeliling arsy (singgasana) Allah SWT. Karena itulah maka Rasulullah saw. bersabda “ Salat adalah Cahaya”.
Dengan demikian, seseorang yang telah gemar dan senang dengan shalat, akan senantiasa diliputi oleh cahaya, sedangkan orang yang jauh dari shalat, akan jauh dari cahaya dan tenggelam dalam kegelapan.
3.      Shalat adalah seluruh agama
Seluruh ajaran agama terkumpul dalam salat, dan pada hakikatnya salat merupakan penjelmaan sejati agama. Karena itulah maka dikatakan bahwa barang siapa yang tidak mengerjakan salat maka ia tidak  beragama, dan orang yang beragama adalah orang yang melaksanakan  salat. Kemungkinan dikarenakan inilah maka Rasulullah saw menjadikan salat sebagai standar dan tolak ukur bagi keimanan dan kekufuran. Dan beliau saw. Bersabda bahwa barang siapa yang meninggalkan salat, maka ia telah menghancurkan agamanya:
shalat itu adalah tiang agama, barang siapa yang meninggalkannya, maka ia telah meruntuhkan agama.”
“ barang siapa yang dengan sengaja meningggalkan salat, maka ia telah menjadi orang kafir.:
Jika agama kita di ibaratkan semacam kemah yang melindungi kebahagiaan manusia, dan manusia dalam upaya meraih kebahagiaan ia berlindung dibawah kemah tersebut, maka salat merupakan tiang penyangga kemah itu. Dan jika tidak ada tiang penyangga, pasti kemah tidak akan dapat berdiri. Dengan demikian, selama tidak ada tiang salat, maka tidak ada kemah agama, dan ini merupakan suatu perumpamaan yang ada pada sabda Rasulullah saw. Salat juga merupakan tanda kesejatian dan kehakikian agama, jika tidak ada salat maka tidak dapat di ketahui antara agama yang hak (benar) dan agama yang bathil (menyimpang).
Amiril Mukminin Imam Ali bin Abi Thalib mengatakan,”... dan dirikanlah salat, karena salat itu inti agama. Dengan demikian, maka salat adalah agama dan agama adalah salat.
4.      Shalat merupakan kewajiban Ilahi Pertama
Perlu diketahui bahwa shalat bukan hanya merupakan perintah dan tuntutan Ilahi yang paling penting dan paling berpengaruh, namun ia juga merupakan hukum pertama yang di wajibkan oleh Allah kepada para hamba-Nya. Sebagaimana yang di sabdakan oleh Rasulullah saw., “ sesungguhnya kewajiban pertama yang di wajibkan oleh Allah SWT kepada para hamba-Nya adalah shalat, dan akhirkewajiban yang tidak akan gugur hingga sesorang berada di ambang kematian adalah shalat”. Di karenakan pentingnya shalat, maka ia dijadikan sebagai tuntutan dan perintah Ilahi yang pertama.
5.      Shalat merupakan Amal Paling Baik yang Naik ke sisi Allah
Amal baik da terpuji dalam agama jumlahnya cukup banyak, dan setiap amal baik memiliki suatu pengaruh khusus, dan seluruh kewajiban Ilahi masing-masing memiliki suatu nilai tertentu yang di tentukan oleh agama. Shalat lebih bernilai dan lebih di utamakan dari berbagai ibadah lainnya. Rasulullah saw bersabda, “ Amalan pertamamereka (manusia) yang diangkat (ke sisi Allah) adalah shalat lima waktu.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa salat merupakan amalan yang pertama kali di bawa di sisi Allah dan merupakan amal terbaik dan di karenakan posisinya yang tinggi dalam agama, maka banyak penegasan dalam ayat dan hadits agar mementingkan dan memperhatikan shalat. Sebagaimana yang di sabdakan oleh Rasulullah saw, “Tampakkanlah seluruh tuntutan Islam, baik yang besar maupun yang kecil, tetapi hendaklah semangat terbesarmu adalah pada shalat”.
6.      Shalat merupakan sarana terpenting untuk mendekatkan diri kepada Allah
Salah satu keistimewaan salat atas berbagai amal ibadah dan tuntunan agama lainnya adalah bahwa ia merupakan sarana terpenting dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT. Penjelasan dan pernyataan yang ada dalam berbagai nas agama menunjukkan bahwa pengaruh salat jauh lebih banyak dan lebih tinggi dari ibadah lainnya. Dalam Riwayat dari Imam  Musa al Khazim disebutkan, “ Sesuatu yang paling utama bagi seorang hamba dalam mendekatkan diri kehadirat Allah setelah mengenal-Nya adalah salat.
Dari penjelasan ini dapat ditarik dua kesimpulan; pertama, manusia memerlukan kedekatan dengan Allah SWT agar ia mampu meraih kesempurnaan; kedua, tanpa sarana pendekatan ini, manusia tidak akan mencapai kesempurnaan. Dalam melakukan perjalanan dan pengembaraan rohani, manusia memerlukan kendaraan, dan sebaik-baik kendaraan yang akan mengantarkan manusia ke hadirat Allah SWT adalah salat. Dalam hal ini, Rasulullah saw. bersabda, “Salat adalah mi’raj-nya seorang Mukmin.[28]

  1. Dimensi Psikologi Sholat dari Aspek Pendidikan
Sholat merupakan hal yang harus kita lakukan sebagai umat islam. Sholat merupakan kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan oleh umat islam, karena sholat adalah salah satu bentuk sikap penghambaan oleh seorang hamba kepada Tuhannya. Setiap hari kita sholat, namun apa yang kita peroleh dari rutinitas sholat?
Tanpa kita sadari bahwasannya dalam sholat terdapat banyak pelajaran atau unsur pendidikan yang dapat kita ambil untuk dijadikan sebagai pedoman dan alat untuk muhasabah dalam kehidupan.
Ada beberapa unsur pendidikan dalam sholat,yaitu :
1.      Mendidik Sikap Kepemimpinan
Dalam suatu masyarakat pasti akan ada seorang pemimpin di dalamnya, sama halnya dengan sholat. Dalam melaksanakan sholat terutama sholat berjamaah, dapat dipastikan pada saat itu sekumpulan atau beberapa orang akan melaksanakan suatu peribadatan yakni sholat kepada Allah SWT secara bersama-sama dengan dipimpin oleh satu orang yang disebut sebagai imam sholat. Sholat mengajarkan kita untuk menjadi pemimpin. Menjadi pengatur dan pemimpin bagi diri sendiri sekaligus pelajaran bagaimana menjadi pemimpin untuk orang lain.[29]
2.    Mendidik Sikap Disiplin
Dalam surat An-Nisa’ ayat 103 Allah berfirman :

فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِكُمْ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلاةَ إِنَّ الصَّلاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
Artinya :”Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (An-Nisa’ : 103)
Di ujung surat ini dipesankan bahwa sholat/sembahyang itu diperintahkan oleh Tuhan, diwajibkan oleh Tuhan menurut waktu yang telah ditentukan. Kerjakanlah sholat menurut waktu sehari semalam : subuh, dhuhur, ashar, maghrib, dan isya’.[30] Secara tersirat ayat tersebut menjelaskan bahwa dalam melaksanakan sholat terdapat unsur pendidikan yakni sikap disiplin. Sikap disiplin ini diperoleh dari ketepatan waktu dalam melaksanakan sholat.

3.    Mendidik Sikap Tanggung Jawab
Sholat adalah kewajiban yang harus dikerjakan oleh setiap muslim. Sehingga hal ini menjadikan sholat sebagai salah satu bentuk tanggung jawab yang dimiliki oleh setiap muslim. Tanggung jawab merupakan keadaan dimana seseorang wajib menanggung segala sesuatunya yakni apabila terjadi apa-apa boleh dituntut, dipersalahkan atau diperkarakan. Sholat pun juga demikian, jika kita meninggalkan sholat maka kelak di hari akhir akan dituntut oleh Allah karena sholat merupakan kewajiban yang memang sudah menjadi kewajiban yang harus ditanggung oleh setiap muslim.

4.    Mendidik untuk Menjaga Kebersihan
Sebelum melaksanakan sholat, terlebih dahulu melakukan ritual pembersihan diri yakni wudhu. Wudhu secara bahasa berarti keindahan dan kecerahan.[31] Wudhu merupakan salah satu syarat sahnya sholat, sehingga tidak akan sah sholat seorang muslim sebelum suci dari hadats yakni dengan berwudhu. Dalam Al-Qur’an Allah berfirman :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْن
Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan sholat, maka basulah mukamu dan tanganmu sampai siku, lalu sapulah kepalamu, dan basulah kedua kakimu sampai mata kaki .... “ (Al Maidah:6)
Dari ayat diatas dijelaskan bahwa seorang muslim hendaknya menjaga kebersihan diri sebelum menghadap Tuhannya. Selain menjaga kebersihan diri juga harus menjaga kebersihan tempat yang akan digunakan untuk sholat. Hal ini mengajarkan betapa pentingnya menjaga kebersihan. Jika kebersihan selalu terjaga maka pengaruhnya juga akan baik seperti kesehatan dan kejiwaan. Karena dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat.
Menjaga kebersihan disini tidak hanya menjaga kebersihan diri saja, melainkan juga menjaga kebersihan lingkungan yang ada di sekitar kita. Jika seseorang telah menjaga sholatnya, seharusnya ia juga mengaplikasikan sesuatu yang terkandung di dalamnya pada kehidupan sehari-hari,yakni dengan menerapkan hadits “النظافة من الإيمان”.
5.    Mendidik Agar Seseorang Bisa Fokus Terhadap Sesuatu
Dalam sholat hendaknya dilakukan secara khusyu’. Khusyu’ akan diperoleh jika kita mampu memfokuskan diri ketika sholat yakni memfokuskan diri kepada Allah. Dengan sholat yang khusyu’ kita akan merasakan kedekatan dengan Allah serta merasakan kenikmatan sholat.
Sebagaimana firman Allah :
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ
الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
(yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya,
(QS. Al Mu’minun : 1-2)
Dari kekhusyu’an ini kita bisa mengambil pelajaran bahwa jika ingin meraih sesuatu maka harus memfokuskan diri pada apa yang diinginkan agar tercapai. Fokus disini tidak berarti hanya melakukan satu hal yang diinginkan saja tanpa memperdulikan hal-hal lain yang perlu dilakukan. Contohnya : jika seorang pengusaha ingin bisnisnya sukses maka harus fokus terhadap bisnis yang dijalankan. Namun jangan melupakan unsur-unsur pendukung lainnya dalam berbisnis seperti berdo’a.
6.    Mendidik Untuk Memiliki Sifat Sabar
Orang-orang yang menjalankan ibadah sholat adalah termasuk orang-orang yang sabar. Karena dalam menjalankan ibadah sholat membutuhkan kesabaran. Seseorang yang tidak memiliki kesabaran tidak akan tahan berlama-lama sholat. Meskipun standart diterima atau tidaknya sholat bukan dilihat dari lama atau tidaknya waktu sholat. Sabar dalam sholat itu seperti menunggu iqomah serta sabar dalam melaksanakan rukun-rukun sholat secara tertib dan tuma’ninah tanpa terburu-buru. Sholat itu merupakan ibadah yang berat untuk dijalankan, sehingga sholat perlu disertai kesabaran sebagaimana firman Allah :
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلا عَلَى الْخَاشِعِينَ
Artinya : “ dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Dan (sholat) itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.” (QS. Al-Baqarah : 45)

  1. Dimensi Psikologi Sholat dari Aspek Perubahan Tingkah Laku
Di dalam agama Islam, shalat merupakan suatu hal yang diwajibkan kepada semua umat-Nya yang mana shalat ini memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan manusia dan menjadi penentu kedekatan seorang makhluq kepada tuhannya. Sholat bertujuan untuk lebih mendekatkan diri kepada pencipta-Nya sebab sholat merupakan media komunikasi antara seorang makhluk dan penciptanya. Dengan sholat batinnya akan terus ingat akan tuhannya yang nantinya akan mencegah pelaku shalat untuk berbuat apa yang dilarang oleh tuhannya.
Sesungguhnya ucapan sholat yang dibaca penuh pengertian, pemahaman dan penghayatan, akan mengggerakkan hati sesuai dengan bacaan-bacaan yang diucapkan (hadir hati).[32]
Sebagaimana yang telah dipaparkan, sholat mampu mencegah manusia dari  perbuatan buruk. Al-Qur’an dan sunnah juga menegaskan bahwa sholat merupakan faktor yang dapat mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar. Dengan adanya penjelasan bahwa shalat satu-satunya dzikrullah, yang memiliki semua pengaruh tersebut (mencegah manusia dari perbuatan buruk). Maka muncul suatu pertanyaan, yaitu: mengapa sebagian manusia khususnya remaja sekalipun mereka telah rajin mengerjakan shalat, namun tidak disaksikan dampak dan pengaruh shalat mereka dalam kehidupan mereka Al-Qur’an mengatakan “… Dan dirikanlah sholat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar” , lalu mengapa sebagian besar orang yang melakukan shalat secara teratur dan rutin, mereka tetep saja tercemari oleh berbagai macam perbuatan dosa? Jika shalat dapat menyinari menyucikan hati, bagaimana mungkin hati yang suci dan bersih itu dapat menerima kotoran dan perbuatan keji?
Pengaruh shalat senantiasa ada pada diri pelaku shalat. Dengan demikian, pandangan yang mengatakan bahwa pengaruh shalat dalam mencegah pelaku shalat melakukan perbuatan keji adalah mutlak, yakni pengaruh ini universal dan sinambung, tetapi dalam batasan potensi bukan dalam bentuk sebab yang sempurna. Dan untuk menjadikan pengaruh potensial itu actual,maka seseorang harus melenyapkan bebrbagai penghalang yang ada,sehingga pengaruhnya menjadi jelas dan nyata.
Dengan demikian, maka tidak adanya pengaruh untuk dapat menjauhi berbagai perbuatan dan akhlak yang tercela dikarenakan adanya berbagai rintangan yang menghalangi pengaruh tersebut. Oleh karena itu, tatkala shalat yang senantiasa dikerjakan oleh seseorang tidak memberikan pengaruh dan hasil, maka tidak diragukan lagi bahwa dalam diri si pelaku shalat masih terdapat banyak halangan dan rintangan yang pada awalnya ia harus mengetahui bentuk rintangan tersebut kemudian berusaha untuk menghilangkannya.[33] 

  1. Dimensi Psikologi Sholat dari Aspek Finansial/Keuangan
Dari segi keuangan atau rezeki sholat juga mempunyai peran aktif atau peran yang sangat penting. Dengan adanya kita mengerjakan sholat, maka akan memudahkan pula rezeki kita. Namun pada zaman sekarang ini banyak orang yang tidak menyadari hal ini. Sering kita perhatikan fenomena yang terjadi di tengah-tengah kita, karena sibuk dengan urusan dunia, baik itu kesibukan rumah tangga, bisnis atau karir sampai-sampai lupa dengan satu hal yang mana itu bersifat wajib dikerjakan bagi setiap umat islam yaitu sholat. Bahkan tidak sedikit masyarakat ibukota yang tidak pernah bertemu dengan anaknya hanya karena urusan dunianya sehingga anak tersebut juga tidak begitu tahu tentang sholat. Maka dalam hal ini wajar seandainya mereka tidak mendapati keberkahan hidup. Mungkin uang melimpah akan tetapi dengan tidak berkahnya uang tersebut dan hidupnya juga tidak mendapati keberkahan sehingga banyak penyakit atau coba’an yang menimpa sehingga membuat uang tersebut tidak bertahan lama. Untuk itu sangat penting sekali sholat dalan hal ini[34].
Akan tetapi dalam hal ini bukan berarti kita mengerjakan sholat berharap mendapatkan rezeki, bukan beribadah karena Allah, hal ini adalah pendapat seseorang yang mempunyai fikiran sempit. Memang pada hakikatnya semua ibadah itu diniatkan hanya karena Allah, akan tetapi dalam hal ini kita hanya mengharap apa yang telah dijanjikan oleh-Nya. Karena hanya kepada Allah lah kita meminta dan berharap. [35]


Dalam QS. At-Taubat : 54  Allah berfirman :
وَمَا مَنَعَهُمْ أَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلا أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ وَبِرَسُولِهِ وَلا يَأْتُونَ الصَّلاةَ إِلا وَهُمْ كُسَالَى وَلا يُنْفِقُونَ إِلا وَهُمْ كَارِهُونَ
Artinya : “dan yang menghalang-halangi infak mereka untuk diterima adalah mereka kafir (ingkar) kepada Allah dan Rasul-Nya, dan mereka tidak melaksanakan sholat, melainkan malas dan tidak (pula) menginfakkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan (terpaksa)”
            Dalam ayat ini telah dijelaskan bahwa penyebab penolakan terhadap nafkah atau rezeki ada tiga faktor yang salah satunya yaitu tidak melaksanakan sholat. Allah tidak akan memperlancar atau mempermudah rezeki seseorang apabila ia tidak melaksanakan sholat. Karena solat juga termasuk dari rukun islam dan bagi kita seorang muslim wajib untuk mengerjakannya.[36]
Dalam hal ini ada beberapa sholat yang dapat memperlancar atau mempermudah rezeki kita, yaitu solat sunnah. Sholat sunnah sangatlah dianjurkan, karena ada banyak faedah yang terkandung di dalamnya. Diantara sholat sunnah tersebut adalah :
1.      Sholat Dhuha
Sholat dhuha adalah salah satu sholat yang dianjurkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Sholat sunnah ini dilakukan seorang muslim pada waktu dhuha. Tiba saat matahari mulai naik, kira-kira tujuh hasta sejak terbitnya. Atau sekitar pukul tujuh pagi hingga waktu dzuhur. Jumlah rakaat sholat dhuha adalah dua hingga dua belas rakaat.
Meskipun solat ini bernilai sunnah, sholat ini mengandung manfaat yang sangat besar bagi umat islam. Rasulullah SAW bersabda di dalam hadits Qudsi, “Allah SWT berfirman, wahai anak Adam, jangan sekali-kali engkau malas mengerjakan empat rakaat solat dhuha karena dengan solat tersebut, Aku cukupkan kebutuhanmu pada sore harinya.” (H. R. Hakim dan Tabrani).
2.      Sholat Tahajjud
              Sholat sunnah ini sangatlah berkaitan dengan sholat sunnah di atas. Sholat ini biasanya dilakukan di tengah malam atau disepertiga malam, dengan jumlah rakaat minimal dua rakaat. Keterkaitan kedua shalat tersebut adalah, dalam sebuah prediksi telah dijelaskan bahwa ketika kita melaksanakn shalat dhuha maka di situ kita diibaratkan dengan menanam sebuah pohon di pagi hari, dan ketika kita melaksanakan sholat tahajjud di malam harinya maka diibaratkan dengan kita memetik buah dari pohon yang telah kita tanam pada pagi hari tersebut.
              Dari penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, dengan kita menambah sholat tahajjud di malam harinya maka akan lebih memperlancar rezeki kita. Karena  dalam sebuah hadits Qudsi telah dijelaskan bahwa Allah sendiri yang akan turun melihat para hamba-Nya yang berada pada waktu itu. Siapa yang berdo’a, meminta kepada Allah maka Allah akan mengabulkannya, barang siapa yang memohon ampun, maka Allah akan mengampuninya.
  1. Dimensi Psikologi Sholat dari Aspek Sosial
1.      Peranan Sholat jamaah dengan Sesama Muslim
Paling tepatnya yang berkaitan erat dengan social masyarakat yaitu lebih dihubungkan dengan sholat jamaah. Menurut jumhur Ulama’, shalat jamaah hukumnya sunnah muakkad sedangkan menurut Imam bin Hanbal, shalat berjamaah hukumnya wajib. Rasulullah SAW selama hidupnya sebagai Rasul belum pernah sekalipun meninggalkan sholat berjamaah di masjid meskipun beliau dalam keadaan sakit. Rasulullah SAW pernah memperingatkan dengan keras soal keharusan shalat berjamaah di masjid, sebagaimana diuraikan alam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori Muslim berikut ini:
demi jiwaku yang berada dalam kekuasaan-Nya, sungguh aku bertekad menyuruh mengumpulkan kayu bakar, kemudian aku suruh seseorang adzan untuk shalat dan seseorang untuk mengimami manusia, kemudian aku pergi kepada orang-orang yang tidak ikut shalat, kemudian aku bakar rumah mereka
            Adapun hikmah dari sholat jamaah itu ialah tumbuhnya persadauraan, kasih sayang, dan persamaan. Apabila kita bertemu lima kali dalam sehari, maka akan tumbuh kasih sayang diantara sesama muslim. Dan jika suatu waktu ada saudara kita yang biasa berjamaah, kemudian beberapa waktu tidak hadir di masjid, maka kita akan bertanya-tanya, ada apa atau mengapa ia tidak ikut shalat berjamaah? Seandainya jawabannya yang didapat bahwa beliau itu sakit, maka kita akan bergegas menjenguk dan mendoakannya.
            Disamping itu, shalat berjamaah mengajarkan persamaan. Tidak dibedakan antara yang kaya dan yang miskin, seorang pejabat atau rakyat jelata, atasan atau bawahan, semua berdiri, ruku’, sujud, dan duduk dalam satu barisan untuk taat dan tunduk kepada Allah. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya, dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti bangunan yang sangat kokoh”[37].
2.      Peranan Sholat Dalam Membentuk Hubungan Antar Masyarakat
Hasil dan pengaruh lain dari shalat dalam kehidupan seorang muslim adalah dismping ia memiliki kedekatan dengan Allah SWT, ia juga memiliki hubungan dan ikatan yang kuat dengan masyarakat dan bahkan merasa bertanggung jawab terhadap seluruh manusia dan sesamanya, sekalipun mereka bukan pemeluk agama Islam. Inilah jiwa shalat, ibadah dan penghambaan kepada Allah SWT, yang sama sekali tidak membiarkan seseorang bersikap acuh tak acuh terhadap ciptaan Allah dan tidak merasa bertanggung jawab terhadap masyarakat.
      Dengan demikian, sholat memiliki dua pengaruh besar. Pertama, pengaruh individual, dimana ia menjadikan seseorang dekat Tuhannya. Kedua, pengaruh social, dimana ia menjadikan memiliki rasa tanggungjawab terhadap masyarakat. Oleh karena itu, kita menyaksikan bahwa dalam berbagai ayat Al-Qur’an, perintah untuk mengeluarkan zakat senantiasa berdampingan dengan perintah untuk mendirikan sholat. Ini berarti bahwa seorang ahli ibadah dan sholat, adalah orang yang ahli sedekkah dan zakat. Ahli sholat senantiasa memikirkan kondisi  masyarakat, dan senantiasa berusaha membebaskan masyarakatnya dari kefakiran dengan mengeluarkan zakat dan sedekah. Allah SWT berfirman:
Artinya : “Dan dirikanlah sholat dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha melihat apa-apa yang kamu kerjakan.
            Rasulullah SAW bersabda, “Sholat itu tidak sempurna melainkan dengan zakat[38]”.
            Sebagai makhluk social, manusia mau tidak mau harus berinteraksi dengan manusia lainnya, dan membutuhkan lingkungan dimana ia berada. Untuk mewujudkan lingkungan social yang ramah, peduli, santun, saling menjaga dan menyayangi, taat pada aturan, tertib, disiplin, maka perlu membina masyarakat yang berpendidikan, beriman dan bertaqwa kepada Allah.[39]Sholat berjama’ah bisa menjadi salah satu factor yang sangat berpengaruh dalam membentuk masyarakat yang seperti itu.
3.      Sholat dan hubungannya dengan pemerintahan yang agamis
Salah satu tanda pemerintahan yang agamis, dan merupakan suatu keutamaan yang ada pada pemerintahan Ilahi dibandingkan dengan pemerintahan lainnya adalah bahwa para pemimpin pemerintahan yang agamis, mereka bekerja dan berusaha untuk menyebarluaskan tuntunan agama serta  melenyapkan berbagai keburukan yang ada pada individu dan masyarakat yang menjadikan kehancuran suatu masyarakat. Sedangkan mereka yang memanfaatkan kekuasaan demi meraih tujuan dan kepentingan pribadi, tidak akan memiliki semangat semacam ini. Mereka yang menyeru kepada agama Allah, yang menyadari bahwa diri mereka adalah pengganti para wali Allah, menjadikan pemerintahan mereka sebagai pemerintahan Ilahi, dan mengikuti jalan Rasulullah SAW. dan keluarganya, maka seluruh semangat dan tenaga mereka digunakan untuk pengajaran dan penyebarluasan Agama Allah SWT.
            Seorang pemimpin pemerintahan yang agamis, tatkala melihat adanya pertentangan antara kepentingan seseorang atau kelompok dengan pelaksanaan hokum dan ajaran agama, maka ia akan mengesampingkan kepentingan individu dan mengutamakan pelaksanaan ajaran agama. Salah satu tugas penting para pemimpin agama adalah menyebarkan agama dan membimbing masyarakat ke jalan penghambaan kepada Allah. Khususnya dalam hal sholat ditengah masyarakat. Telah dijelaskan sebelumnya di surat Al-Hajj ayat 41 
            Maksud dari ayat tersebut adalah tatkala para tokoh agama berhasil menguasai suatu pemerintahan, maka mereka berusaha agar seluruh masyyarakat mendirikan sholat. Imam Husain menafsirkan ayat tersebut “Ayat ini diturunkan berkenaan dengan kami selaku anak keturunan Ahlulbait, dan wujud nyata dari ayat ini adalah ahlulbait Rasulullah SAW”.
            Namun demikian, kita mengetahui bahwa isi dan kandungan ayat tersebut tidak hanya terbatas pada ahlulbait saja. Bukan hanya ahlulbait yang memiliki tugas dan tanggung jawab tersebut sementara selain mereka tidak memiliki tugas semacam ini. Akan tetapi, ayat ini juga meliputi mereka yang mengikutu ajaran Ahlulbait[40].



BAB III
KESIMPULAN
3.1         Pengertian Sholat dan Kewajibannya
Sholat adalah suatu ibadah yang mengandung perkataan dan perbuatan tertentu yang di mulai dengan takbir dan di sudahi dengan salam. Sholat di syariatkan pada malam isra’ mi’raj. Hukumnya fardhu ‘ain bagi setiap muslim yang mukallaf
3.2         Pengertian Dimensi Psikologi Sholat
Dimensi psikologi sholat adalah sholat yang ditinjau dari berbagai aspek yang dapat memberi dampak positif bagi orang yang melakukannya secara psikologi yakni bagi jiwa atau tingkah laku. Ibadah sholat memiliki dua dimensi, yaitu dimensi individual dan dimensi sosial. Dimensi individual adalah bagaimana sholat itu dijadikan sarana untuk berkomunikasi secara individu dengan Allah SWT. Dimensi sosial adalah bagaimana sholat membawa dampak positif bagi lingkungan sosial masyarakat dimana individu itu berada.

3.3              Dimensi Psikologi Sholat dari Aspek Kesehatan
Dalam aspek kesehatan sholat sangatlah mempengaruhi kesehatan kita. Dalam hal ini sholat dapat mencegah beberapa penyakit terhadap diri kita, karena banyak gerakan-gerakan yang mana gerakan tersebut bisa dikatakan sebagai olahraga.

3.4              Dimensi Psikologi Sholat dari Aspek Keagamaan
Dalam aspek ini sholat Dialog antara hamba dengan Tuhannya, merupakan karunia yang paling besar, diantara semua karunia yang diberikan kepada makhluk-Nya di bumi, kita tidak dapat mengukur karunia tersebut menurut ukuran dunia, pengalaman itu itu rupanya dimiliki Muhammad saw.
Shalat memiliki suatu posisi dan kedudukan khusus dalam pembinaan manusia. Sekiranya kita memilah-milah peringkat dan posisi masing-masing tuntunan agama, maka shalat berada pada peringkat tertinggi. Shalat memiliki suatu nilai dan kedudukan yang amat tinggi yang tidak mampu di capai oleh berbagai amal ibadah lainnya.
    
3.5         Dimensi Psikologi Sholat dari Aspek Pendidikan
1.      Mendidik Sikap Kepemimpinan
2.      Mendidik Sikap Disiplin
3.      Mendidik Sikap Tanggung Jawab
4.      Mendidik untuk Menjaga Kebersihan
5.      Mendidik Agar Seseorang Bisa Fokus Terhadap Sesuatu
6.      Mendidik Untuk Memiliki Sifat Sabar

3.6         Dimensi Psikologi Sholat dari Aspek Perubahan Tingkah Laku
Al-Qur’an dan sunnah juga menegaskan bahwa sholat merupakan faktor yang dapat mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar. Pengaruh sholat senantiasa ada pada diri pelaku sholat.

3.7         Dimensi Psikologi Sholat dari Aspek Finansial/Keuangan
   Dari segi keuangan atau rezeki sholat juga mempunyai peran aktif atau peran yang sangat penting. Dengan adanya kita mengerjakan sholat, maka akan memudahkan pula rezeki kita.
Ada 3 faktor penyebab penolakan rezeki :
1.      Kafir
2.      Tidak melaksanakan sholat
3.      Tidak menginfakkan harta
   Ada beberapa sholat yang dapat memperlancar rezeki, diantaranya :
1.      Sholat Dhuha
2.      Sholat Tahajjud
3.8         Dimensi Psikologi Sholat dari Aspek Sosial Masyarakat
1.      Peranan Shalat jamaah dengan Sesama Muslim
   Adapun hikmah dari shalat jamaah itu ialah :
a.              Tumbuhnya persadauraan, kasih sayang, dan persamaan.
b.             Shalat berjamaah mengajarkan persamaan.
2. Peranan Shalat Dalam Membentuk Hubungan Antar Masyarakat
      3. Sholat dan hubungannya dengan pemerintahan yang agamis




















DAFTAR PUSTAKA
Al-Khulili, Hilmi. 2010. Semua Geraka Shalat Menyehatkan Lahir dan Batin.     Jogjakarta: SABI
Arifin, M. Zainul. 2002. Shalat Mikraj Kita. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Ar-Raisy, Salman. 2008. Success With Shalat. Yogyakarta: Pro-You
Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemah. Jakarta: CV. Penerbit J-Art
Hamka. 1983. Tafsir Al-Azhar Juz V. Jakarta: Pustaka Panjimas
Khalili, Musthafa. 2007. Berjumpa Allah dalam Sholat. Jakarta: Zahra Publishing
Kholid, Setia Furqon. 2014. Muda Karya Raya. Bandung: Rumah Karya Publishing
Mujtaba, Saifuddin. 2003. Sucikan Tubuh Anda. Jember: H.I Press
Muzammirah, M. Latifatul. 2011. Buku Pintar Shalat. Yogyakarta: Lentera Ilmu
Nata, Abuddin. 2008. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Jakarta: Rajawali Press
Santosa, Ippho ‘Right’. 2010. 7 keajaiban Rezeki. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
Sabiq, Sayid. 1983. Fiqh al-sunnah,jilid 1. Beirut: Dar al-Fikr
Shihab,  M. Quraish. 2002. Tafsir Al-Misbah: kesan, Pksan, dan keserasian Al qur’an Vol.5. Jakarta: Lentera Hati
Syafi’I,  Syaikh Jalal Muhammad. 2006. The Power of Shalat. Bandung:  MQ Publishing





[1] Jalaludin,  Psikologi Agama,( Jakarta: PT.  Raja Grafindo Persada,2007) , 16
[2] Sayid, Sabiq, Fiqh al-sunnah,jilid 1, (Beirut : Dar al-Fikr, 1983), 78

[3] Departemen Agama RI,  Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: CV. Penerbit J-Art, 2005), QS. At-Taubah ayat 103 hlm. 205
[4] Sayid sabiq, Fiqh al-sunnah,jilid 1, (Beirut : Dar al-Fikr, 1983), 78
[5] Ibid, QS. Al-Bayyinah ayat 5, hlm. 598
[6]Ibid,.QS. Al-Hajj ayat 78, hlm. 341
[7] Ibid,.QS. Al-Maidah ayat 103, hlm. 125
[8] Syaikh Jalal Muhammad Syafi’I, The Power of Shalat, (Bandung: MQ Publishing, 2006), 3
[9] M. Latifatul Muzzamirah, Buku Pintar Shalat, (Yogyakarta: Lentera Ilmu, 2011), 34
[10]Ibid.84
[11]Ibid.71
[12] Syaikh Jalal Muhammad Syafi’I, The Power of Shalat, (Bandung: MQ Publishing,2006), 72
[13]Ibid.77-78
[14] Syaikh Jalal Muhammad Syafi’I, The Power of Shalat, (Bandung: MQ Publishing,2006), 82-84
[15] M. Latifatul Muzzamirah, .Buku Pintar Shalat, (Yogyakarta: Lentera Ilmu, 2011), 35-36
[16] Syaikh Jalal Muhammad Syafi’I, The Power of Shalat, (Bandung: MQ Publishing, 2006), 91-92
[17] Ibid, 36
[18] Syaikh  Jalal Muhammad Syafi’I, The Power of Shalat, (Bandung: MQ Publishing, 2006), 98-100
[19] Hilmi Al-Khuli, Semua Geraka Shalat Menyehatkan Lahir dan Batin, (Jogjakarta: SABI, 2010), 100
[20] Ibid, 101
[21] Syaikh  Jalal Muhammad Syafi’I, The Power of Shalat, (Bandung: MQ Publishing, 2006), 133-134
[22] Ibid, 136-139
[23] Syaikh  Jalal Muhammad Syafi’I, The Power of Shalat, (Bandung: MQ Publishing, 2006), 146-147
[24] Ibid, 162
[25] Syaikh nJalal Muhammad Syafi’I, The Power of Shalat, (Bandung: MQ Publishing, 2006), 166-167
[26] Ibid, 169-171
[27] M. Zainul Arifin, Shalat Mikraj Kita (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002),  2
[28] Musthafa Khalili, Berjumpa Allah dalam Sholat,  (Jakarta: Zahra Publishing House, 2007),  105
[29] Salman Ar-Raisy,  Success With Shalat, (Yogyakarta: Pro-You, 2008), 212
[30] Hamka, Tafsir Al-Azhar Juz V, (Jakarta: Pustaka Panjimas,1983), 256
[31] Saifuddin Mujtaba, Sucikan Tubuh Anda,(Jember: H.I Press, 2003),18
[32] M. Zainul Arifin. Shalat Mikhraj Kita, (Jakarta:PT Grafindo Persada, 2002), 29

[33] Musthafa Khalili, Berjumpa Allah dalam Sholat, (Jakarta: Zahra Publishing House, 2007),  79

[34] Setia furqon Kholid, Muda Karya Raya, (Bandung : Rumah Karya Publishing, 2014), 139
[35] Ippho ‘Right’ Santosa, 7 keajaiban Rezeki, (Jakarta : PT Elex Media Komputindo, 2010), 114
[36] M. Quraish Hihab, Tafsir Al-Misbah: kesan, pesan, dan keserasian Al qur’an Vol.5 ( Jakarta : Lentera Hati, 2002), 622
[37]Adiba A. Soebachman,  Mari Shalat & Bershalawat, (Yogyakarta: Syura Media Utama, 2012),  48, 51-52.
[38] Musthafa Khalili, Berjumpa Allah dalam Shalat,  (Jakarta: Zahra Publishing House, 2007), 106-108.
[39] Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan, (Jakarta: Rajawali Press, 2008)
[40] Musthafa Khalili, Berjumpa Allah dalam Shalat,  (Jakarta: Zahra Publishing House, 2007), 115-116