PSIKOLOGI AGAMA
MAKALAH
DIMENSI PSIKOLOGI SHOLAT
ditulis untuk memenuhi tugas terstruktur
matakuliah psikologi agama
Oleh: Kelompok 5
Ulva Nurmala Sari : 084 122
069
Nur Halimah :
08 4122 044
Hikmatur Rohmah : 084 122
057
Isfina Yuli :
084 122 040
Umi Alfiatun Ni’mah
: 084 122 054
Anis Fitrohatin : 084 122 048
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI JEMBER
JURUSAN TARBIYAH/ PENDIDIKAN BAHASA ARAB
Nopember, 2014
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Psikologi
agama adalah ilmu yang meneliti dan menelaah kehidupan beragama pada seseorang
dan mempelajari berapa besar pengaruh keyakinan agama itu dalam sikap dan
tingkah laku serta keadaan hidup pada umumnya.[1]
Kehidupan
beragama pada setiap muslim salah satunya ialah melaksanakan ibadah sholat.
Sholat ialah suatu ibadah yang mengandung perkataan dan perbuatan tertentu yang
di mulai dengan takbir dan diakhiri dengan salam.[2]
Dalam
sholat mengandung manfaat seperti manfaat dalam kesehatan (fisik) maupun secara
psikis. Dalam melaksanakan ibadah sholat, seseorang akan merasa lebih tenang,
dengan begitu kondisi psikis seseorang akan lebih terkontrol dengan baik. Jika
psikis seseorang baik maka dapat memberi manfaat terhadap kondisi fisik
seseorang karena psikis seseorang lebih rentan untuk menjadi pengaruh kondisi
kesehatan fisik seseorang. Selain bermanfaat pada fisik dan psikis, sholat juga
memiliki manfaat dalam kehidupan bermasyarakat serta mengandung beberapa unsur
pendidikan yang dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam makalah ini
akan dibahas lebih detail tentang dimensi psikologi yang terdapat dalam sholat.
1.2
Rumusan Masalah
1.
Apa pengertian sholat dan kewajibannya?
2.
Apa pengertian dimensi psikologi sholat?
3.
Bagaimana dimensi psikologi sholat dari aspek kesehatan?
4.
Bagaimana dimensi psikologi sholat dari aspek keagamaan?
5.
Bagaimana dimensi psikologi sholat dari aspek pendidikan?
6.
Bagaimana dimensi psikologi sholat dari aspek sosial?
7.
Bagaimana dimensi psikologi sholat dari aspek perubahan tingkah laku?
8.
Bagaimana dimensi psikologi sholat dari aspek finansial/keuangan?
1.3 Tujuan
1.
Untuk mengetahui pengertian dan kewajiban sholat
2.
Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan dimensi psikologi sholat
3.
Untuk mengetahui dimensi psikologi sholat dari aspek kesehatan
4.
Untuk mengetahui dimensi psikologi sholat dari aspek keagamaan
5.
Untuk mnegetahui dimensi psikologi sholat dari aspek pendidikan
6.
Untuk mengetahui dimensi psikologi sholat dari aspek sosial
7.
Untuk mengetahui dimensi psikologi sholat dari aspek perubahan tingkah
laku
8.
Untuk mengetahui dimensi psikologi sholat dari aspek finansial/keuangan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Pengertian dan Kewajiban Sholat
Shalat menurut
pengertian bahasa adalah doa. Pengertian in terlihat antara lain terlihat dari
firman Allah;
وَصَلِّ
عَلَيْهِمْ اِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ
. . . dan
doa-kanlah mereka, karena doa-mu merupakan ketentraman bagi mereka.(QS 9: 103).[3]
Shalat
menurut pengertian istilah ialah suatu ibadah yang mengandung perkataan dan
perbuatan tertentu yang di mulai dengan takbir dan di sudahi dengan salam.[4]
Shalat di syariatkan pada malam isra’ mi’raj. Hukumnya fardhu ‘ain bagi
setiap muslim yang mukallaf, yang di tetapkan dengan dalil Al-Qur’an, sunnah
dan ijma’. Ayat Al-Qur’an yang berhubungan dengan shalat antara lain
adalah:
وَمَااُمِرُوااِلاَّلِيَعْبُدُواالله
مُخْلِصِيْنَ لَهُ اللدِّيْن حُنَفَاءً, وَيُقِيْمُوْاالصَّلاَةَ
وَيُؤْتُوْاالزَّكَاةَ, ذَالِكَ الدِّيْنُ الْقَيِّمَةُ
“Padahal
mereka tidak di perintah melainkan supaya mereka menyembah Allah dengan
mengikhlaskan diri karena-Nya, mereka menjauhi kesesatan, dan (supaya) mereka
mendirikan shalat dan member zakat karena yang demikian itulah agama yang
lurus.”(QS.98:5).[5]
فَاَقِيْمُوْاالصَّلَاةَ
وَتُوْاالزَّكَاةَ وَاعْتَصِمُوْابِاللهِ هُوَمَوْلاَكُمْ فَنِعْمَ
النَّصِيْرِ الحج
“Maka
dirikan olehmu shalat dan bayarkanlah zakat ,dan berpegang teguhlah
dengan (agama) Allah. Ia Tuhan kamu, malah sebaik-baik tuhan dan sebaik-baik
penolong.”(QS.22:78).[6]
اِنَّ الصَّلاَةَ
كَانَتْ عَلَي المُؤْمِنِيْنَ كِتَابًا مَوْقُوْتًا النساء
“Sesungguhnya
shalat bagi orang-orang yang beriman mempunyai ketentuan waktu.”(QS 4:103).[7]
Adapun dalil
sunnah antara lain sebagai berikut:
عَنِ
ابْنِ عُمَرَ اَنَّ النَّبِيَّ صلي الله عليه وسلم قال : بُنِيَ الاِسْلاَمُ عَلَي
خَمْسٍ: شَهَادَةُ اَنْ لآ اِلَهَ اِلاَّالله، وَاَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ الله،
وَاِقَامُالصَلاَةِ، وَاِيْتَا ءُالزَّكَاةِ، وَصَوْمُ رَمَضَا، وَحِجُّ الْبَيْتِ
مَنِ اسْتَطَاعَ اِلَيْهِ سَبِيْلاً متفق
عليه
“Dari
ibnu umar bahwa Nabi SAW bersabda: Islam dibikin di atas lima perkara:
mempersasikan bahwa tidak ada tuhan selain Allah, bahwa Muhammad adalah
rosulullah, mendirikan shalat, membayar zakat,puasa Ramadan dan melaksanakan
Haji ke Baitullah”. (HR . muttafaq ‘alaih).
2.2 Pengertian Dimensi Psikologi Sholat
Dimensi psikologi sholat adalah sholat yang ditinjau
dari berbagai aspek yang dapat memberi dampak positif bagi orang yang
melakukannya secara psikologi yakni bagi jiwa atau tingkah laku. Ibadah
sholat memiliki dua dimensi, yaitu dimensi individual dan dimensi sosial.
Dimensi individual adalah bagaimana sholat itu dijadikan sarana untuk
berkomunikasi secara individu dengan Allah SWT. Dimensi sosial adalah bagaimana
sholat membawa dampak positif bagi lingkungan sosial masyarakat dimana individu
itu berada.
Adapun yang termasuk dalam dimensi sholat secara
individual yaitu :
- Dimensi Psikologi Sholat dari Aspek Kesehatan
Setiap benda memiliki perbedaan
dalam merawatnya. Satu-satunya pihak yang mampu menciptakan program perawatan
atas benda itu adalah penciptanya sendiri. Seperti halnya manusia, hanya
Allah-lah satu-satunya yang mampu menciptakan “program” perawatan bagi manusia.
Allah berfirman dalam QS. Al-Mulk: 14
أَلا
يَعْلَمُ مَنْ خَلَقَ وَهُوَ اللَّطِيفُ الْخَبِيرُ
“Apakah
Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kamu lahirkan dan kamu
rahasiakan) Dia Maha Halus lagi Maha Mengetahui.”
Gerakan shalat memiliki
karakteristik istimewa yang setara dengan prinsip-prinsip latihan olahraga yang
benar.[8]
Apabila gerakan-gerakan shalat dilakukan dengan benar, selain menjadi latihan
yang menyehatkan juga mampu mencegah dan menyembuhkan berbagai macam penyakit.[9]
Melaksanakan shalat dengan teratur
dan rutin dapat menjamin tidak terjadinya ganguan penyakit dalam tubuh. Manfaat
yang didapat kali pertama dari pelaksanaan shalat lima kali dalam sehari
semalam adalah penyembuhan penyakit tubuh. Kemudian, shalat dapat menjadi
terapi secara langsung apabila terdapat penyakit tubuh, sebelum penyakit
tersebut parah dan kompleks. Maka, dengan shalat, manusia seakan-akan berada
dihadapan mesin yang akan mengecek kesehatan tubuhnya lima kali sehari. Dengan
kata lain, seakan-akan manusia berdiri dihadapan penciptanya.[10]Subhanallah
Berikut
ini adalah gerakan shalat dan mukjizatnya
1.
Mengangkat
tangan ketika takbiratul ihram
Dalam
kehidupan normal, manusia dapat mengalami pembengkokan pada bagian punggung
yang disebabkan karena bekerja yang menuntut tubuh membungkuk berlama-lama,
seperti di kantor-kantor ataupun karena faktor lanjut usia. Yang mengakibatkan
penyempitan ruang gerak paru-paru sehingga menyebabkan oksigen yang masuk
sedikit, berkurangnya oksigen menyebabkan penyerapan sari-sari makanan dan
proses pembersihan sisa metabolisme dalam tubuh lambat yang menyebabkan
otot-otot menjadi lemah lelah dan lemah, dan otak cepat mengalami tekanan
(stres).[11]
Mengangkat tangan dan meluruskan kembali punggung dapat
menambah kelapangan rongga dada.
Kuantitas darah yang kaya dengan oksigen bertambah. Darah bisa
mengalirkan sari-sari makanan ke seluruh tubuh dan membersihkan sisa-sisa
metabolisme, sehingga otot dan otak tidak cepat lelah ataupun stres.
Dalam hadits riwayat Abu Hurairah disebutkan bahwa ketika
shalat, Rasulullah mengangkat kedua tanganya dengan lurus. Mengangkat kedua
tangan dengan cara ini sangat baik untuk melatih otot dan urat-urat jari sesuai
dengan tuntutan sehari-hari yang banyak membutuhkan peran tangan.
Latihan ini memang sederhana karena lengan itu tidak menanggung
beban kecuali lengan itu sendiri. Hal ini menjadi semacam latihan persiapan
agar otot lengan lebih siap menanggung beban berikutnya seperti dalam sujud,
dan lain-lain.[12]
2.
Kedua
tangan dilipat di depan dada
Hikmah meletakan tangan
didepan dada ada dua, yaitu:
a.
Meletakkan
kedua tangan didepan dada, tepatnya antara pusar dan tulang rusuk, adalah
posisi paling baik untuk lengan, dilihat dari susunan anatomi tubuh. Buktinya,
kalau seseorang mengalami patah lengan maka lengannya digip dan digantung ke
leher untuk menjamin agar tetap dalam posisi tersebut. Posisi tersebut sama
dengan posisi dalam shalat. Hanya saja dalam shalat tangan tidak digantung di
leher melainkan cukup bertumpu pada otot-otot dua lengan agar posisinya tepat.
b.
Meletakkan
tangan kanan diatas tangan kiri berarti mempertahankan kesejajaran kedua
pundak. Ketika memosisikan dua tangan seperti ini maka lengan berada pada
posisi sudut yang sama. Pundak juga berada pada sudut yang sama.
Selain
memperkuat posisi pundak, posisi tangan seperti ini juga dapat menguatkan
posisi dua telapak kaki karena berpijak pada sudut dataran yang sama, yaitu tanah.
Dapat membagi konsentrasi beban tulang pinggul pada dua sisi pada bagian bawah.
Posisi ini dapat menghalangi timbulnya efek pembengkokan susulan pada tulang
punggung. Posisi ini bisa menjadi terapi apabila dilakukan secara kontinu
melalui shalat lima waktu.[13]
3.
Berdiri
tegak dalam shalat
Saraf
sumsum mengalir melalui tulang punggung. Ketika lengkungan tulang punggung itu
bertambah maka saluran saraf itu juga semakin pendek sehingga terjadi tekanan.
Jika meletakkan kedua tangan didepan dada menyebabkan tubuh miring kebelakang,
memandang ketempat sujud membuat kepala sedikit menunduk kedepan. Hal ini dapat
mengurangi lengkungan pada bagian tulang belakang bagian pinggang.
Keadaan
tubuh pada posisi ini adalah seperti timbangan. Ketika seseorang shalat
memandang lurus kedepan atau keatas maka tulang pangkal paha akan bertambah
melengkung kebelakang. Tetapi, ketika menunduk kearah dua kakinya yang berarti
harus memiringkan kepalanya kedepan dan menekan tulang punggung maka kira-kira
hal itu dapat menyebabkan tulang pahanya tegak lurus. Karena itu, memandang ke
tempat sujud adalah posisi yang paling baik untuk kepala. Posisi inilah yang
akan mempertahankan lengkungan tulang pangkal paha, juga menambah lengkungan
pada tulang leher.
Rasulullah melarang orang yang sedang shalat menoleh
kesana-kemari. Hal ini menunjukkan bahwa pandangan hanya boleh diarahkan ke
tempat sujud. Aisyah ra berkata, “Aku bertanya kepada Rasullah saw tentang
menoleh dalam shalat. Rasullah menjawab, ‘Itulah cara setan merampas kekhusyuan
shalat semua hamba.’” (HR Bukhari)
Hadis-hadis dan petunjuk para sahabat menunjukkan bahwa berdiri
dalam shalat itu relatif lama karena harus membaca surat Al-Fatihah dan
beberapa surat lainnya. Waktu berdiri yang lama ini, memberikan kesempatan yang
banyak pada tubuh dan otot-otot untuk memperbaiki kondisi tubuh atau
menyembuhkan beberapa penyakit yang menjangkitinya. Jika penyakit itu timbul
dari kebiasaan yang buruk, untuk menyembuhkannya juga dibutuhkan kebiasaan
melakukan gerakan-gerakan yang benar setiap hari.[14]
4.
Ruku
Berubahnya posisi berdiri
ke posisi badan membentuk sudut yang lurus dengan kedua kaki tetap berdiri.
Posisi pinggang lurus dan kokoh, tidak loyo dan tidak membungkuk.[15]
Berdasarkan tuntunan Rasulullah saw ketika ruku, dua siku harus
merenggang atau jauh dari dua lambung. Posisi ini berbeda dengan wanita. Wanita
dianjurkan merapatkan siku dan lambungnya agar dapat menutupi tubuhnya. Mengapa
posisi ruku ini berbeda pada laki-laki dan wanita?
Ketika seorang laki-laki merenggangkan siku dari lambungnya
saat ruku maka bagian bawah dan bagian luar dari segitiga tulang belikat itu
akan tertekan kebelakang. Posisi ini berfungsi memperbaiki dua pundak dan
punggung yang bengkok ke depan sekaligus. Selain itu, hal ini pun akan menambah
kelegaan pada rongga dada dan paru-paru sehingga pembersihan dari sisa
pembakaran akan berjalan cepat, serta otot tidak cepat lelah.
Sementara pada wanita, karena terdapat dua payudara didada maka
sulit terjadi lingkaran pada pundak. Kedua payudara itu sesungguhnya bisa
menjaga kelurusan punggung. Hanya saja, tidak bisa menghindarkan wanita dari
kemungkinan tulang punggung melengkung ke depan. Oleh karena itu, ketika
seorang wanita merapatkan siku dan lambungnya saat ruku, dia mendorong
pundaknya keatas kepala, sekaligus kebelakang. Posisi ini melindungi dari
kemungkinan tulang belakang melengkung kedepan atau pundak bengkok kedepan.
Seluruh posisi ruku
ini, baik pada laki-laki maupun wanita, berusaha menjaga dan mengobati tubuh
dari pundak atau punggung yang melengkung.[16]
5.
Berdiri
dari ruku (I’tidal)
Mengangkat kepala
dengan hikmat dan tenang hingga kembali pada posisi saat berdiri. Sementara
kedua tangan berada di kedua sisi tubuh dan pada proses seperti itu
tulang-tulang tubuh kembali lurus sebagaimana saat sebelum melakukan ruku.[17]
Abu
Humaid menggambarkan bagaimana Rasullah saw melakukan hal itu. Kata Abu Humaid,
“Ketika bangun dari ruku, Nabi berdiri tegak hingga tulang punggung beliau
kembali ke posisi semula.”
Ketika seseorang hendak kembali berdiri tegak setelah ruku maka
otot-otot punggung, pinggul, dan bagian belakang kaki akan mengerut.
Sebaliknya, otot-otot bagian dada, perut, dan bagian depan kaki mengendur. Hal
ini terjadi dikarenakan seluruh otot-otot tersebut menahan tubuh dari gaya
gravitasi bumi. Kekuatan otot-otot ini memang dikenal mampu menghadapi
tantangan yang berbeda-beda. Karena berdiri dari ruku mengharuskan otot-otot
tersebut menahan tubuh dari tekanan gaya gravitasi bumi maka efeknya adalah
terjadinya peningkatan kekuatan pada otot-otot, terutama pada bagian belakang
dua kaki, pinggul, dan punggung.
Setelah berdiri tegak dari ruku, seseorang harus mengangkat
kedua tangannya sejajar dengan kedua pundaknya. Abdullah bin Umar berkata, “ketika
memulai shalat, Rasulullah mengangkat kedua tangan sejajar dengan kedua pundak
beliau. Begitu juga ketika bangun dari ruku sambil membaca sami’allahu liman
hamidah rabbana lakal hamdu, tetapi beliau tidak melakukannya saat akan sujud.”(HR
Bukhari)[18]
6.
Menurunkan
badan untuk sujud
Gerakan ini berlangsung
dengan cepat dan hanya perlu sedikit waktu. Tetapi dari segi manfaat
(pentingnya) tidak bisa disepelekan. Manfaat ini tampak jelas bagi orang yang
mengetahui detailnya gerakan (sirkulasi) darah pada saat turun dari berdiri
menuju sujud.[19]
Ketika
seseorang menurunkan badan untuk sujud, otot dua kaki menekan darah kembali ke
jantung, kemudian berhenti sejenak. Oleh karena itu, akibat jantung memompa
darah tersebut kearah atas maka dalam kuantitas yang sangat besar, darah akan
kearah kepala dan otak.[20]
7.
Sujud
Ibnu Abbas menceritakan
bahwa Rasullah saw bersabda, “Aku diperintahkan sujud diatas anggota tubuh,
yaitu kening, dua tangan, dua lutut, dan dua telapak kaki; dan dilarang
menggabungkan baju dengan rambut.” Abu humaid menjelaskan cara shalat
Rasullah saw, mengatakan, “Ketika sujud, beliau merenggangkan kedua paha
tanpa sedikitpun perut beliau menyentuh kedua paha.”
Dua hadis tersebut menjelaskan bahwa Rasullah saw bertumpu pada
kedua lutut yang tegak diatas tanah. artinya, dua tulang pinggul bagian kanan
dan kiri berada pada posisi yang sama, yaitu sepanjang tulang paha. Posisi
demikian menjadikan tulang pinggul lurus sempurna sehingga tulang pinggultidak
akan bengkok atau melingkar. Bila dilakukan berulang-ulang, posisi ini bukan
hanya dapat melindungi dari pembengkokan tulang pinggul, tetapi juga bisa menyembuhkannya.
Karena dalam sujud, dua sisi tulang pinggul berada pada titik yang sama diatas
tanah dan seringnya melakukan sujud akan mengembalikan kelurusan tulang
pinggul.[21]
Posisi sujud seorang wanita berbeda dengan laki-laki karena
wanita memiliki payudara di dada yang dapat menahan terjadinya kebungkukan pada
tulang pundak. Karena itu wanita tidak perlu merenggangkan tangan untuk
melegakan pundak.
Ketika sujud wanita juga tidak perlu merenggangkan kedua
kakinya. Justru diwajibkan merapatkan kedua kakinya. Posisi ini berfungsi
menguatkan otot-otot yang berfungsi menarik otot-otot yang menonjol, dan
menahan agar pinggul dan jarak telapak kaki tidak semakin melebar.
Wanita diwajibkan menyandarkan perut ke paha, hal ini berarti
mendekatkan titik tumpu kening dan dua titik tumpu lutut. Oleh karena itu,
beban yang ditanggung otot-otot lengan dan leher menjadi sedikit lebih
ringan. Dengan demikian otot-otot lengan
pada wanita tidak mengalami penguatan sebagaimana laki-laki. Karena gerakan
shalat berusaha menjaga kecantikan postur tubuh wanita.[22]
8.
Duduk
diantara dua sujud
Duduk
diantara dua tumit menyebabkan otot
bagian belakang paha menekan kuat otot perut betis sehingga keduanya saling
menekan. Faedahnya ada dua. Pertama, diantara cara memijit adalah
memijit pelan dan memijit keras. Yang dimaksud pijatan keras adalah menekan
otot dengan kuat, yang dimaksud mengosongkan otot dari darah kotor yang membawa
sisa metabolism sehingga vitalitas darah di otot kembali normal. Kedua, tekanan
otot pada bagian belakang paha dan otot perut betis ini dapat mencegah
terjadinya pembengkokan otot betis.
9.
Sujud
kedua
Mengulangi
sujud sebanyak dua kali berarti, mencuci otak berulang-ulang sehingga
bermanfaat dalam memperbaiki aktifitas dinamis tubuh dan menyegarkan kembali
daya pikir.[23]
10. Duduk tasyahud
Duduk
tasyahut pertama menjadikan otot bagian belakang pada paha menjadi cembung
tungkai saling menekan sehingga terjadi tekanan pada pembuluh darah balik di
tungkai. Dengan tekanan tersebut, vena dalam kosong dari darah kotor dan sisa-sisa
metabolisme lainnya. Pengosongan darah dari vena dalam ini, menjadikan darah
mengalir dengan lancar dari vena luar ke vena dalam sehingga tidak ada vena
yang membeku di dalam jaringan luar. Dengan demikian, seseorang akan
terlindungi dari pembengkakan vena atau pembuluh darah balik di tungkai
(varises).[24]
Dalam salah satu hadits dijelaskan bahwa dalam tasyahud akhir,
Nabi memasukkan kaki kiri dan tetap menegakkan kaki kanan beliau. Hal ini
bertujuan untuk mengurangi potensi terjadinya efek negative yang muncul akibat
tekanan yang terlalu lama atas pembuluh darah pada tungkai. Posisi kedua tangan
diatas paha adalah agar untuk menahan tulang pinggul tidak miring kekiri akibat
kaki kanan yang tegak.
Mengapa kaki kanan yang ditegakkan, bukan sebaliknya, yaitu
kaki kanan dimasukkan agak menyilang kekiri dan kiri ditegakkan? Karena
faktanya kaki kanan lebih sering digunakan, tentu tumbuh lebih kuat. Untuk
menguatkan otot kaki kanan dibutuhkan latihan yang agak lama. Selain berfungsi
untuk menguatkannya, latihan ini juga untuk menjaga kelenturannya. Jadi jika
posisinya dibalik, akan menjadi tidak alami karena otot kaki kiri mengencang
dan bebannya semakin berat, sementara kaki kanan lebih kuat yang mestinya
menanggung beban. Jika hal ini terjadi terus menerus, dapat mengakibatkan
kekacauan otot-otot kedua kaki, dan berikutnya menimbulkan ganguan negatif
akibat kekuatan kaki yang tidak seimbang.[25]
11. Salam
Memalingkan
kepala hingga terlihat putihnya pipi, berarti memalingkan wajah secara maksimal
sehingga menambah kelenturan otot leher. Pada saat menoleh otot leher mengalami
pengencangan setelah mengalami penguatan dengan demikian kelenturan otot dan
persendian leher akan bertambah. Hal ini sulit dicapai dalam pelatihan olah
raga, yaitu keseimbangan antara kekuatan dan kelenturan tubuh.[26]
- Dimensi Psikologi Sholat dari Aspek Keagamaan
1.
Shalat
merupakan Mi’raj seorang Mukmin
Kita menyaksikan betapa nabi Muhammad
saw. memiliki suatu kesempatan berdialog dengan Tuhannya. Dialog suci sewaktu
menghadap Tuhan itu adalah suatu peristiwa penting yang menjadi inti perjalanan
suci Ilahiyah, untuk menerima salat lima waktu dalam sehari semalam.
Dialog antara hamba dengan Tuhannya,
merupakan karunia yang paling besar, diantara semua karunia yang diberikan
kepada makhluk-Nya di bumi, kita tidak dapat mengukur karunia tersebut menurut
ukuran dunia, pengalaman itu itu rupanya dimiliki Muhammad saw. Namun demikian,
Allah akan memberikan karunia semacam ini, meskipun dalam bentuk yang lain
kepada umat yang beriman. Kita akan merasakan situasi dialog antara kita
sebagai hamba dengan Tuhan yaitu lewat ibadah shalat kita. Karena Shalat adalah
tempat kita berdialog dan berbisik dengan Tuhan. Rasulullah saw. bersabda:
إنّ أحدكم إذا قام في
صلاته فإنّه يناجى ربّه وإنّ ربّه بينهُ و بين القبلةِ
“
Sesungguhnya seorang kamu apabila ia berdiri waktu shalat ia berbicara dengan
Tuhannya atau tuhan ada antara dia dengan kiblat.
Sebagai
orang yang senantiasa melaksanakan ibadah shalat, sudahkah kita Mi’raj! Kapan
kita menciptakan kondisi berdialog dan berkomunikasi langsung dengan Tuhan
kita. Sewaktu akan Takbiratul Ihram, terasalah kita berhadapan dengan Dzat yang
Maha sempurna. Mulailah kita ucapkan Allahu Akbar berarti Allah Maha
Besar kita mengagungkan-Nya, kemudian Alhamdulillahirabbil
‘alamin berarti “ segala puji-pujian hanya kepada Allah, Tuhan sekalian
alam”, kita memuji-Nya. Dan kita ucapkan beberapa ucapan permohonan. Tuhan pun
menjawab apa yang kita ucapkan, maka terciptalah dialog antara hamba dengan
khaliq.
Seperti
inilah kita seakan membuka pintu mi’raj. Padahal hanya Nabi Muhammad saw saja
yang pernah membuka pintu mi’raj dalam sejarah manusia. Bila saja situasi
begini dapat tercipta, tentu suatu kenikmatan tersendiri bagi kita yang
beriman.[27]
2.
Nilai
dan kedudukan shalat
Shalat memiliki suatu posisi dan
kedudukan khusus dalam pembinaan manusia. Sekiranya kita memilah-milah
peringkat dan posisi masing-masing tuntunan agama, maka shalat berada pada
peringkat tertinggi. Shalat memiliki suatu nilai dan kedudukan yang amat tinggi
yang tidak mampu di capai oleh berbagai amal ibadah lainnya.
Imam
Ja’far Shadiq berkata, “ Tatkala seseorang berdiri untuk melaksanakan shalat,
rahmat Allah akan turun dari langit kepadanya dan para malaikat mengelilinginya
seraya mengatakan, ‘Jika orang yang shalat ini mengetahui nilai shalat, maka ia
tidak mungkin akan meninggalkan shalat’.
Pada malam mi’raj, Allah sWT menunjukkan
kepada Nabi saw. berbagai hakikat da kenyataan yang diantaranya adalah salat
yang berbentuk sekumpulan cahaya yang terdiri dari 40 macam cahaya da menerangi
sekeliling arsy (singgasana) Allah SWT. Karena itulah maka Rasulullah saw.
bersabda “ Salat adalah Cahaya”.
Dengan demikian, seseorang yang telah
gemar dan senang dengan shalat, akan senantiasa diliputi oleh cahaya, sedangkan
orang yang jauh dari shalat, akan jauh dari cahaya dan tenggelam dalam
kegelapan.
3.
Shalat
adalah seluruh agama
Seluruh ajaran agama terkumpul dalam
salat, dan pada hakikatnya salat merupakan penjelmaan sejati agama. Karena
itulah maka dikatakan bahwa barang siapa yang tidak mengerjakan salat maka ia
tidak beragama, dan orang yang beragama
adalah orang yang melaksanakan salat.
Kemungkinan dikarenakan inilah maka Rasulullah saw menjadikan salat sebagai
standar dan tolak ukur bagi keimanan dan kekufuran. Dan beliau saw. Bersabda
bahwa barang siapa yang meninggalkan salat, maka ia telah menghancurkan
agamanya:
“
shalat itu adalah tiang agama, barang siapa yang meninggalkannya, maka ia
telah meruntuhkan agama.”
“
barang siapa yang dengan sengaja meningggalkan salat, maka ia telah menjadi
orang kafir.:
Jika agama kita di ibaratkan semacam
kemah yang melindungi kebahagiaan manusia, dan manusia dalam upaya meraih
kebahagiaan ia berlindung dibawah kemah tersebut, maka salat merupakan tiang
penyangga kemah itu. Dan jika tidak ada tiang penyangga, pasti kemah tidak akan
dapat berdiri. Dengan demikian, selama tidak ada tiang salat, maka tidak ada
kemah agama, dan ini merupakan suatu perumpamaan yang ada pada sabda Rasulullah
saw. Salat juga merupakan tanda kesejatian dan kehakikian agama, jika tidak ada
salat maka tidak dapat di ketahui antara agama yang hak (benar) dan agama yang
bathil (menyimpang).
Amiril
Mukminin Imam Ali bin Abi Thalib mengatakan,”... dan dirikanlah salat, karena
salat itu inti agama. Dengan demikian, maka salat adalah agama dan agama adalah
salat.
4.
Shalat
merupakan kewajiban Ilahi Pertama
Perlu diketahui bahwa shalat bukan hanya
merupakan perintah dan tuntutan Ilahi yang paling penting dan paling
berpengaruh, namun ia juga merupakan hukum pertama yang di wajibkan oleh Allah
kepada para hamba-Nya. Sebagaimana yang di sabdakan oleh Rasulullah saw., “
sesungguhnya kewajiban pertama yang di wajibkan oleh Allah SWT kepada para
hamba-Nya adalah shalat, dan akhirkewajiban yang tidak akan gugur hingga
sesorang berada di ambang kematian adalah shalat”. Di karenakan pentingnya
shalat, maka ia dijadikan sebagai tuntutan dan perintah Ilahi yang pertama.
5.
Shalat
merupakan Amal Paling Baik yang Naik ke sisi Allah
Amal baik da terpuji dalam agama
jumlahnya cukup banyak, dan setiap amal baik memiliki suatu pengaruh khusus,
dan seluruh kewajiban Ilahi masing-masing memiliki suatu nilai tertentu yang di
tentukan oleh agama. Shalat lebih bernilai dan lebih di utamakan dari berbagai
ibadah lainnya. Rasulullah saw bersabda, “ Amalan pertamamereka (manusia) yang
diangkat (ke sisi Allah) adalah shalat lima waktu.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
salat merupakan amalan yang pertama kali di bawa di sisi Allah dan merupakan
amal terbaik dan di karenakan posisinya yang tinggi dalam agama, maka banyak
penegasan dalam ayat dan hadits agar mementingkan dan memperhatikan shalat.
Sebagaimana yang di sabdakan oleh Rasulullah saw, “Tampakkanlah seluruh
tuntutan Islam, baik yang besar maupun yang kecil, tetapi hendaklah semangat
terbesarmu adalah pada shalat”.
6.
Shalat
merupakan sarana terpenting untuk mendekatkan diri kepada Allah
Salah satu keistimewaan salat atas
berbagai amal ibadah dan tuntunan agama lainnya adalah bahwa ia merupakan
sarana terpenting dalam mendekatkan diri kepada Allah SWT. Penjelasan dan
pernyataan yang ada dalam berbagai nas agama menunjukkan bahwa pengaruh salat
jauh lebih banyak dan lebih tinggi dari ibadah lainnya. Dalam Riwayat dari
Imam Musa al Khazim disebutkan, “ Sesuatu yang paling
utama bagi seorang hamba dalam mendekatkan diri kehadirat Allah setelah
mengenal-Nya adalah salat”.
Dari penjelasan ini dapat ditarik dua
kesimpulan; pertama, manusia memerlukan kedekatan dengan Allah SWT agar
ia mampu meraih kesempurnaan; kedua, tanpa sarana pendekatan ini,
manusia tidak akan mencapai kesempurnaan. Dalam melakukan perjalanan dan
pengembaraan rohani, manusia memerlukan kendaraan, dan sebaik-baik kendaraan
yang akan mengantarkan manusia ke hadirat Allah SWT adalah salat. Dalam hal
ini, Rasulullah saw. bersabda, “Salat adalah mi’raj-nya seorang Mukmin”.[28]
- Dimensi Psikologi Sholat dari Aspek Pendidikan
Sholat
merupakan hal yang harus kita lakukan sebagai umat islam. Sholat merupakan
kewajiban yang tidak boleh ditinggalkan oleh umat islam, karena sholat adalah
salah satu bentuk sikap penghambaan oleh seorang hamba kepada Tuhannya. Setiap
hari kita sholat, namun apa yang kita peroleh dari rutinitas sholat?
Tanpa
kita sadari bahwasannya dalam sholat terdapat banyak pelajaran atau unsur
pendidikan yang dapat kita ambil untuk dijadikan sebagai pedoman dan alat untuk
muhasabah dalam kehidupan.
Ada
beberapa unsur pendidikan dalam sholat,yaitu :
1.
Mendidik
Sikap Kepemimpinan
Dalam
suatu masyarakat pasti akan ada seorang pemimpin di dalamnya, sama halnya
dengan sholat. Dalam melaksanakan sholat terutama sholat berjamaah, dapat
dipastikan pada saat itu sekumpulan atau beberapa orang akan melaksanakan suatu
peribadatan yakni sholat kepada Allah SWT secara bersama-sama dengan dipimpin
oleh satu orang yang disebut sebagai imam sholat. Sholat mengajarkan kita untuk
menjadi pemimpin. Menjadi pengatur dan pemimpin bagi diri sendiri sekaligus
pelajaran bagaimana menjadi pemimpin untuk orang lain.[29]
2.
Mendidik
Sikap Disiplin
Dalam surat An-Nisa’ ayat
103 Allah berfirman :
فَإِذَا قَضَيْتُمُ الصَّلاةَ فَاذْكُرُوا اللَّهَ قِيَامًا
وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِكُمْ فَإِذَا اطْمَأْنَنْتُمْ فَأَقِيمُوا الصَّلاةَ
إِنَّ الصَّلاةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِينَ كِتَابًا مَوْقُوتًا
Artinya
:”Maka apabila kamu telah menyelesaikan shalat(mu), ingatlah Allah di waktu
berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah
merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya
shalat itu adalah kewajiban yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang
beriman.” (An-Nisa’ : 103)
Di
ujung surat ini dipesankan bahwa sholat/sembahyang itu diperintahkan oleh
Tuhan, diwajibkan oleh Tuhan menurut waktu yang telah ditentukan. Kerjakanlah
sholat menurut waktu sehari semalam : subuh, dhuhur, ashar, maghrib, dan isya’.[30]
Secara tersirat ayat tersebut menjelaskan bahwa dalam melaksanakan sholat
terdapat unsur pendidikan yakni sikap disiplin. Sikap disiplin ini diperoleh
dari ketepatan waktu dalam melaksanakan sholat.
3.
Mendidik
Sikap Tanggung Jawab
Sholat
adalah kewajiban yang harus dikerjakan oleh setiap muslim. Sehingga hal ini
menjadikan sholat sebagai salah satu bentuk tanggung jawab yang dimiliki oleh
setiap muslim. Tanggung jawab merupakan keadaan dimana seseorang wajib
menanggung segala sesuatunya yakni apabila terjadi apa-apa boleh dituntut,
dipersalahkan atau diperkarakan. Sholat pun juga demikian, jika kita
meninggalkan sholat maka kelak di hari akhir akan dituntut oleh Allah karena
sholat merupakan kewajiban yang memang sudah menjadi kewajiban yang harus
ditanggung oleh setiap muslim.
4.
Mendidik
untuk Menjaga Kebersihan
Sebelum
melaksanakan sholat, terlebih dahulu melakukan ritual pembersihan diri yakni
wudhu. Wudhu secara bahasa berarti keindahan dan kecerahan.[31]
Wudhu merupakan salah satu syarat sahnya sholat, sehingga tidak akan sah sholat
seorang muslim sebelum suci dari hadats yakni dengan berwudhu. Dalam Al-Qur’an
Allah berfirman :
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاةِ
فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا
بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلَكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْن
Artinya
: “ Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan sholat, maka
basulah mukamu dan tanganmu sampai siku, lalu sapulah kepalamu, dan basulah
kedua kakimu sampai mata kaki .... “ (Al Maidah:6)
Dari
ayat diatas dijelaskan bahwa seorang muslim hendaknya menjaga kebersihan diri
sebelum menghadap Tuhannya. Selain menjaga kebersihan diri juga harus menjaga
kebersihan tempat yang akan digunakan untuk sholat. Hal ini mengajarkan betapa
pentingnya menjaga kebersihan. Jika kebersihan selalu terjaga maka pengaruhnya
juga akan baik seperti kesehatan dan kejiwaan. Karena dalam tubuh yang sehat
terdapat jiwa yang kuat.
Menjaga
kebersihan disini tidak hanya menjaga kebersihan diri saja, melainkan juga
menjaga kebersihan lingkungan yang ada di sekitar kita. Jika seseorang telah
menjaga sholatnya, seharusnya ia juga mengaplikasikan sesuatu yang terkandung
di dalamnya pada kehidupan sehari-hari,yakni dengan menerapkan hadits “النظافة
من الإيمان”.
5.
Mendidik
Agar Seseorang Bisa Fokus Terhadap Sesuatu
Dalam
sholat hendaknya dilakukan secara khusyu’. Khusyu’ akan diperoleh jika kita
mampu memfokuskan diri ketika sholat yakni memfokuskan diri kepada Allah.
Dengan sholat yang khusyu’ kita akan merasakan kedekatan dengan Allah serta
merasakan kenikmatan sholat.
Sebagaimana
firman Allah :
قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ
الَّذِينَ هُمْ فِي صَلاتِهِمْ خَاشِعُونَ
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman,
(yaitu) orang-orang yang khusyuk dalam salatnya,
(QS. Al Mu’minun : 1-2)
Dari
kekhusyu’an ini kita bisa mengambil pelajaran bahwa jika ingin meraih sesuatu
maka harus memfokuskan diri pada apa yang diinginkan agar tercapai. Fokus
disini tidak berarti hanya melakukan satu hal yang diinginkan saja tanpa
memperdulikan hal-hal lain yang perlu dilakukan. Contohnya : jika seorang
pengusaha ingin bisnisnya sukses maka harus fokus terhadap bisnis yang
dijalankan. Namun jangan melupakan unsur-unsur pendukung lainnya dalam
berbisnis seperti berdo’a.
6.
Mendidik
Untuk Memiliki Sifat Sabar
Orang-orang
yang menjalankan ibadah sholat adalah termasuk orang-orang yang sabar. Karena
dalam menjalankan ibadah sholat membutuhkan kesabaran. Seseorang yang tidak
memiliki kesabaran tidak akan tahan berlama-lama sholat. Meskipun standart
diterima atau tidaknya sholat bukan dilihat dari lama atau tidaknya waktu sholat.
Sabar dalam sholat itu seperti menunggu iqomah serta sabar dalam melaksanakan
rukun-rukun sholat secara tertib dan tuma’ninah tanpa terburu-buru. Sholat itu
merupakan ibadah yang berat untuk dijalankan, sehingga sholat perlu disertai
kesabaran sebagaimana firman Allah :
وَاسْتَعِينُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاةِ وَإِنَّهَا لَكَبِيرَةٌ إِلا
عَلَى الْخَاشِعِينَ
Artinya : “ dan mohonlah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar
dan sholat. Dan (sholat) itu sungguh berat kecuali bagi orang-orang yang khusyu’.”
(QS. Al-Baqarah : 45)
- Dimensi Psikologi Sholat dari Aspek Perubahan Tingkah Laku
Di
dalam agama Islam, shalat
merupakan suatu hal yang diwajibkan kepada semua umat-Nya yang mana shalat ini
memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan manusia dan menjadi penentu
kedekatan seorang makhluq kepada tuhannya.
Sholat
bertujuan untuk lebih mendekatkan diri kepada pencipta-Nya sebab sholat merupakan media
komunikasi antara seorang makhluk dan penciptanya. Dengan sholat batinnya akan terus
ingat akan tuhannya yang nantinya akan mencegah pelaku shalat untuk berbuat apa
yang dilarang oleh tuhannya.
Sesungguhnya ucapan sholat yang dibaca penuh
pengertian, pemahaman
dan penghayatan, akan
mengggerakkan hati sesuai dengan bacaan-bacaan yang diucapkan (hadir hati).[32]
Sebagaimana
yang telah dipaparkan, sholat mampu mencegah
manusia dari perbuatan buruk. Al-Qur’an dan sunnah
juga menegaskan bahwa sholat
merupakan faktor yang dapat mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar. Dengan adanya
penjelasan bahwa shalat satu-satunya dzikrullah, yang memiliki semua
pengaruh tersebut (mencegah manusia dari perbuatan buruk). Maka muncul suatu
pertanyaan, yaitu: mengapa sebagian
manusia khususnya
remaja sekalipun
mereka telah rajin mengerjakan shalat,
namun
tidak disaksikan dampak dan pengaruh shalat mereka dalam kehidupan mereka Al-Qur’an mengatakan “…
Dan dirikanlah sholat, sesungguhnya shalat itu mencegah dari
(perbuatan-perbuatan) keji dan munkar” , lalu mengapa sebagian besar orang
yang melakukan shalat secara teratur dan rutin, mereka tetep saja tercemari
oleh berbagai macam perbuatan dosa? Jika shalat dapat menyinari menyucikan
hati, bagaimana
mungkin hati yang suci dan bersih itu dapat menerima kotoran dan perbuatan
keji?
Pengaruh
shalat senantiasa ada pada diri pelaku shalat. Dengan demikian, pandangan yang
mengatakan bahwa pengaruh shalat dalam mencegah pelaku shalat melakukan
perbuatan keji adalah mutlak,
yakni
pengaruh ini universal dan sinambung, tetapi dalam batasan potensi bukan dalam
bentuk sebab yang sempurna.
Dan
untuk menjadikan pengaruh potensial itu actual,maka seseorang harus melenyapkan
bebrbagai penghalang yang ada,sehingga pengaruhnya menjadi jelas dan nyata.
Dengan
demikian, maka tidak adanya pengaruh untuk dapat menjauhi berbagai perbuatan
dan akhlak yang tercela dikarenakan adanya berbagai rintangan yang menghalangi
pengaruh tersebut. Oleh karena itu, tatkala shalat yang senantiasa dikerjakan
oleh seseorang tidak memberikan pengaruh dan hasil, maka tidak diragukan lagi
bahwa dalam diri si pelaku shalat masih terdapat banyak halangan dan rintangan
yang pada awalnya ia harus mengetahui bentuk rintangan tersebut kemudian
berusaha untuk menghilangkannya.[33]
- Dimensi Psikologi Sholat dari Aspek Finansial/Keuangan
Dari
segi keuangan atau rezeki sholat
juga mempunyai peran aktif atau peran yang sangat penting. Dengan adanya kita
mengerjakan sholat,
maka akan memudahkan pula rezeki kita. Namun pada zaman sekarang ini banyak
orang yang tidak menyadari hal ini. Sering kita perhatikan fenomena yang
terjadi di tengah-tengah kita, karena sibuk dengan urusan dunia, baik itu
kesibukan rumah tangga, bisnis atau karir sampai-sampai lupa dengan satu hal
yang mana itu bersifat wajib dikerjakan bagi setiap umat islam yaitu sholat.
Bahkan tidak sedikit masyarakat ibukota yang tidak pernah bertemu dengan
anaknya hanya karena urusan dunianya sehingga anak tersebut juga tidak begitu
tahu tentang sholat. Maka dalam hal ini wajar seandainya mereka tidak mendapati
keberkahan hidup. Mungkin uang melimpah akan tetapi dengan tidak berkahnya uang
tersebut dan hidupnya juga tidak mendapati keberkahan sehingga banyak penyakit
atau coba’an yang menimpa sehingga membuat uang tersebut tidak bertahan lama.
Untuk itu sangat penting sekali sholat
dalan hal ini[34].
Akan
tetapi dalam hal ini bukan berarti kita mengerjakan sholat berharap
mendapatkan rezeki, bukan beribadah karena Allah, hal ini adalah pendapat
seseorang yang mempunyai fikiran sempit. Memang pada hakikatnya semua ibadah
itu diniatkan hanya karena Allah, akan tetapi dalam hal ini kita hanya
mengharap apa yang telah dijanjikan oleh-Nya. Karena hanya kepada Allah lah
kita meminta dan berharap. [35]
Dalam
QS. At-Taubat : 54 Allah berfirman :
وَمَا مَنَعَهُمْ
أَنْ تُقْبَلَ مِنْهُمْ نَفَقَاتُهُمْ إِلا أَنَّهُمْ كَفَرُوا بِاللَّهِ
وَبِرَسُولِهِ وَلا يَأْتُونَ الصَّلاةَ إِلا وَهُمْ كُسَالَى وَلا يُنْفِقُونَ
إِلا وَهُمْ كَارِهُونَ
Artinya : “dan yang
menghalang-halangi infak mereka untuk diterima adalah mereka kafir (ingkar)
kepada Allah dan Rasul-Nya, dan mereka tidak melaksanakan sholat, melainkan malas
dan tidak (pula) menginfakkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan
(terpaksa)”
Dalam ayat ini telah dijelaskan
bahwa penyebab penolakan terhadap nafkah atau rezeki ada tiga faktor yang salah
satunya yaitu tidak melaksanakan sholat. Allah tidak akan memperlancar atau
mempermudah rezeki seseorang apabila ia tidak melaksanakan sholat. Karena solat juga
termasuk dari rukun islam dan bagi kita seorang muslim wajib untuk
mengerjakannya.[36]
Dalam
hal ini ada beberapa sholat
yang dapat memperlancar atau mempermudah rezeki kita, yaitu solat sunnah. Sholat sunnah sangatlah
dianjurkan, karena ada banyak faedah yang terkandung di dalamnya. Diantara sholat sunnah tersebut
adalah :
1.
Sholat Dhuha
Sholat
dhuha adalah salah satu sholat
yang dianjurkan oleh Allah SWT dan Rasul-Nya. Sholat sunnah ini dilakukan seorang muslim
pada waktu dhuha. Tiba saat matahari mulai naik, kira-kira tujuh hasta sejak
terbitnya. Atau sekitar pukul tujuh pagi hingga waktu dzuhur. Jumlah rakaat sholat dhuha adalah dua
hingga dua belas rakaat.
Meskipun solat ini bernilai sunnah, sholat ini mengandung
manfaat yang sangat besar bagi umat islam. Rasulullah SAW bersabda di dalam
hadits Qudsi, “Allah SWT berfirman, wahai anak Adam, jangan sekali-kali
engkau malas mengerjakan empat rakaat solat dhuha karena dengan solat tersebut,
Aku cukupkan kebutuhanmu pada sore harinya.” (H. R. Hakim dan Tabrani).
2.
Sholat Tahajjud
Sholat sunnah ini
sangatlah berkaitan dengan sholat
sunnah di atas. Sholat
ini biasanya dilakukan di tengah malam atau disepertiga malam, dengan jumlah
rakaat minimal dua rakaat. Keterkaitan kedua shalat tersebut adalah, dalam
sebuah prediksi telah dijelaskan bahwa ketika kita melaksanakn shalat dhuha
maka di situ kita diibaratkan dengan menanam sebuah pohon di pagi hari, dan
ketika kita melaksanakan sholat tahajjud di malam harinya maka diibaratkan
dengan kita memetik buah dari pohon yang telah kita tanam pada pagi hari
tersebut.
Dari
penjelasan di atas dapat diambil kesimpulan bahwa, dengan kita menambah sholat tahajjud di malam
harinya maka akan lebih memperlancar rezeki kita. Karena dalam sebuah hadits Qudsi telah dijelaskan
bahwa Allah sendiri yang akan turun melihat para hamba-Nya yang berada pada
waktu itu. Siapa yang berdo’a, meminta kepada Allah maka Allah akan
mengabulkannya, barang siapa yang memohon ampun, maka Allah akan mengampuninya.
- Dimensi Psikologi Sholat dari Aspek Sosial
1.
Peranan
Sholat jamaah dengan Sesama Muslim
Paling
tepatnya yang berkaitan erat dengan social masyarakat yaitu lebih dihubungkan
dengan sholat jamaah. Menurut jumhur Ulama’, shalat jamaah hukumnya sunnah
muakkad sedangkan menurut Imam bin Hanbal, shalat berjamaah hukumnya wajib.
Rasulullah SAW selama hidupnya sebagai Rasul belum pernah sekalipun
meninggalkan sholat
berjamaah di masjid meskipun beliau dalam keadaan sakit. Rasulullah SAW pernah
memperingatkan dengan keras soal keharusan shalat berjamaah di masjid,
sebagaimana diuraikan alam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori
Muslim berikut ini:
“demi
jiwaku yang berada dalam kekuasaan-Nya, sungguh aku bertekad menyuruh
mengumpulkan kayu bakar, kemudian aku suruh seseorang adzan untuk shalat dan
seseorang untuk mengimami manusia, kemudian aku pergi kepada orang-orang yang
tidak ikut shalat, kemudian aku bakar rumah mereka”
Adapun hikmah dari sholat jamaah itu ialah
tumbuhnya persadauraan, kasih sayang, dan
persamaan. Apabila kita bertemu lima kali dalam sehari, maka akan tumbuh kasih
sayang diantara sesama
muslim. Dan jika suatu waktu ada saudara kita yang biasa berjamaah, kemudian
beberapa waktu tidak hadir di masjid, maka kita akan bertanya-tanya, ada apa
atau mengapa ia tidak ikut shalat berjamaah? Seandainya jawabannya yang didapat
bahwa beliau itu sakit, maka kita akan bergegas menjenguk dan mendoakannya.
Disamping itu, shalat berjamaah
mengajarkan persamaan. Tidak dibedakan antara yang kaya dan yang miskin,
seorang pejabat atau rakyat jelata, atasan atau bawahan, semua berdiri, ruku’,
sujud, dan duduk dalam satu barisan untuk taat dan tunduk kepada Allah. Allah
SWT berfirman, “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di
jalan-Nya, dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti bangunan yang
sangat kokoh”[37].
2.
Peranan
Sholat Dalam Membentuk
Hubungan Antar Masyarakat
Hasil
dan pengaruh lain dari shalat dalam kehidupan seorang muslim adalah dismping ia
memiliki kedekatan dengan Allah SWT, ia juga memiliki hubungan dan ikatan yang
kuat dengan masyarakat dan bahkan merasa bertanggung jawab terhadap seluruh
manusia dan sesamanya, sekalipun mereka bukan pemeluk agama Islam. Inilah jiwa
shalat, ibadah dan penghambaan kepada Allah SWT, yang sama sekali tidak
membiarkan seseorang bersikap acuh tak acuh terhadap ciptaan Allah dan tidak
merasa bertanggung jawab terhadap masyarakat.
Dengan demikian, sholat memiliki dua
pengaruh besar. Pertama, pengaruh individual, dimana ia menjadikan
seseorang dekat Tuhannya. Kedua, pengaruh social, dimana ia menjadikan
memiliki rasa tanggungjawab terhadap masyarakat. Oleh karena itu, kita
menyaksikan bahwa dalam berbagai ayat Al-Qur’an, perintah untuk mengeluarkan
zakat senantiasa berdampingan dengan perintah untuk mendirikan sholat. Ini
berarti bahwa seorang ahli ibadah dan sholat, adalah orang yang ahli sedekkah
dan zakat. Ahli sholat senantiasa memikirkan kondisi masyarakat, dan senantiasa berusaha membebaskan
masyarakatnya dari kefakiran dengan mengeluarkan zakat dan sedekah. Allah SWT
berfirman:
Artinya
: “Dan dirikanlah sholat
dan tunaikanlah zakat. dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu,
tentu kamu akan mendapat pahala nya pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha
melihat apa-apa yang kamu kerjakan”.
Rasulullah SAW bersabda, “Sholat itu
tidak sempurna melainkan dengan zakat[38]”.
Sebagai
makhluk social, manusia mau tidak mau harus berinteraksi dengan manusia
lainnya, dan membutuhkan lingkungan dimana ia berada. Untuk mewujudkan
lingkungan social yang ramah, peduli, santun, saling menjaga dan menyayangi,
taat pada aturan, tertib, disiplin, maka perlu membina masyarakat yang
berpendidikan, beriman dan bertaqwa kepada Allah.[39]Sholat
berjama’ah bisa menjadi salah satu factor yang sangat berpengaruh dalam
membentuk masyarakat yang seperti itu.
3.
Sholat dan hubungannya
dengan pemerintahan yang agamis
Salah
satu tanda pemerintahan yang agamis, dan merupakan suatu keutamaan yang ada
pada pemerintahan Ilahi dibandingkan dengan pemerintahan lainnya adalah bahwa
para pemimpin pemerintahan yang agamis, mereka bekerja dan berusaha untuk
menyebarluaskan tuntunan agama serta
melenyapkan berbagai keburukan yang ada pada individu dan masyarakat
yang menjadikan kehancuran suatu masyarakat. Sedangkan mereka yang memanfaatkan
kekuasaan demi meraih tujuan dan kepentingan pribadi, tidak akan memiliki
semangat semacam ini. Mereka yang menyeru kepada agama Allah, yang menyadari
bahwa diri mereka adalah pengganti para wali Allah, menjadikan pemerintahan
mereka sebagai pemerintahan Ilahi, dan mengikuti jalan Rasulullah SAW. dan
keluarganya, maka seluruh semangat dan tenaga mereka digunakan untuk pengajaran
dan penyebarluasan Agama Allah SWT.
Seorang pemimpin pemerintahan yang
agamis, tatkala melihat adanya pertentangan antara kepentingan seseorang atau
kelompok dengan pelaksanaan hokum dan ajaran agama, maka ia akan
mengesampingkan kepentingan individu dan mengutamakan pelaksanaan ajaran agama.
Salah satu tugas penting para pemimpin agama adalah menyebarkan agama dan
membimbing masyarakat ke jalan penghambaan kepada Allah. Khususnya dalam hal
sholat ditengah masyarakat. Telah dijelaskan sebelumnya di surat Al-Hajj ayat
41
Maksud dari ayat tersebut adalah
tatkala para tokoh agama berhasil menguasai suatu pemerintahan, maka mereka
berusaha agar seluruh masyyarakat mendirikan sholat. Imam Husain menafsirkan
ayat tersebut “Ayat ini diturunkan berkenaan dengan kami selaku anak keturunan
Ahlulbait, dan wujud nyata dari ayat ini adalah ahlulbait Rasulullah SAW”.
Namun demikian, kita mengetahui
bahwa isi dan kandungan ayat tersebut tidak hanya terbatas pada ahlulbait saja.
Bukan hanya ahlulbait yang memiliki tugas dan tanggung jawab tersebut sementara
selain mereka tidak memiliki tugas semacam ini. Akan tetapi, ayat ini juga
meliputi mereka yang mengikutu ajaran Ahlulbait[40].
BAB III
KESIMPULAN
3.1
Pengertian Sholat dan Kewajibannya
Sholat adalah suatu ibadah
yang mengandung perkataan dan perbuatan tertentu yang di mulai dengan takbir
dan di sudahi dengan salam. Sholat
di syariatkan pada malam isra’ mi’raj. Hukumnya fardhu ‘ain bagi setiap
muslim yang mukallaf
3.2
Pengertian Dimensi Psikologi Sholat
Dimensi
psikologi sholat adalah sholat yang ditinjau dari berbagai aspek yang dapat
memberi dampak positif bagi orang yang melakukannya secara psikologi yakni bagi
jiwa atau tingkah laku. Ibadah sholat memiliki dua dimensi, yaitu dimensi
individual dan dimensi sosial. Dimensi individual adalah bagaimana sholat itu
dijadikan sarana untuk berkomunikasi secara individu dengan Allah SWT. Dimensi
sosial adalah bagaimana sholat membawa dampak positif bagi lingkungan sosial
masyarakat dimana individu itu berada.
3.3
Dimensi Psikologi Sholat dari Aspek Kesehatan
Dalam aspek kesehatan sholat sangatlah mempengaruhi
kesehatan kita. Dalam hal ini sholat dapat mencegah beberapa penyakit terhadap
diri kita, karena banyak gerakan-gerakan yang mana gerakan tersebut bisa
dikatakan sebagai olahraga.
3.4
Dimensi Psikologi Sholat dari Aspek Keagamaan
Dalam
aspek ini sholat Dialog antara hamba dengan Tuhannya, merupakan karunia yang
paling besar, diantara semua karunia yang diberikan kepada makhluk-Nya di bumi,
kita tidak dapat mengukur karunia tersebut menurut ukuran dunia, pengalaman itu
itu rupanya dimiliki Muhammad saw.
Shalat
memiliki suatu posisi dan kedudukan khusus dalam pembinaan manusia. Sekiranya
kita memilah-milah peringkat dan posisi masing-masing tuntunan agama, maka
shalat berada pada peringkat tertinggi. Shalat memiliki suatu nilai dan
kedudukan yang amat tinggi yang tidak mampu di capai oleh berbagai amal ibadah
lainnya.
3.5
Dimensi Psikologi Sholat dari Aspek Pendidikan
1. Mendidik Sikap Kepemimpinan
2. Mendidik Sikap Disiplin
3. Mendidik Sikap Tanggung Jawab
4. Mendidik untuk Menjaga Kebersihan
5. Mendidik Agar Seseorang Bisa Fokus
Terhadap Sesuatu
6. Mendidik Untuk Memiliki Sifat Sabar
3.6
Dimensi Psikologi Sholat dari Aspek Perubahan Tingkah Laku
Al-Qur’an
dan sunnah juga menegaskan bahwa sholat
merupakan faktor yang dapat mencegah manusia dari perbuatan keji dan mungkar. Pengaruh sholat senantiasa ada pada
diri pelaku sholat.
3.7
Dimensi Psikologi Sholat dari Aspek Finansial/Keuangan
Dari
segi keuangan atau rezeki sholat
juga mempunyai peran aktif atau peran yang sangat penting. Dengan adanya kita
mengerjakan sholat,
maka akan memudahkan pula rezeki kita.
Ada
3 faktor penyebab penolakan rezeki :
1. Kafir
2. Tidak melaksanakan sholat
3. Tidak menginfakkan harta
Ada beberapa sholat yang dapat memperlancar
rezeki, diantaranya :
1. Sholat Dhuha
2. Sholat Tahajjud
3.8
Dimensi Psikologi Sholat dari Aspek Sosial Masyarakat
1. Peranan Shalat jamaah dengan Sesama Muslim
Adapun hikmah dari
shalat jamaah itu ialah :
a.
Tumbuhnya persadauraan, kasih sayang, dan persamaan.
b.
Shalat berjamaah mengajarkan persamaan.
2.
Peranan
Shalat Dalam Membentuk Hubungan Antar
Masyarakat
3. Sholat dan hubungannya
dengan pemerintahan yang agamis
DAFTAR PUSTAKA
Al-Khulili,
Hilmi. 2010. Semua Geraka Shalat
Menyehatkan Lahir dan Batin.
Jogjakarta: SABI
Arifin, M. Zainul. 2002. Shalat Mikraj Kita. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Ar-Raisy, Salman. 2008. Success With Shalat. Yogyakarta: Pro-You
Departemen Agama RI. 2005. Al-Qur’an dan Terjemah. Jakarta: CV. Penerbit J-Art
Hamka. 1983. Tafsir Al-Azhar Juz V. Jakarta: Pustaka Panjimas
Khalili, Musthafa. 2007. Berjumpa Allah dalam
Sholat. Jakarta: Zahra Publishing
Kholid, Setia
Furqon. 2014. Muda Karya Raya. Bandung: Rumah Karya Publishing
Mujtaba, Saifuddin. 2003. Sucikan Tubuh Anda. Jember: H.I Press
Muzammirah, M. Latifatul. 2011. Buku Pintar Shalat. Yogyakarta: Lentera Ilmu
Nata, Abuddin. 2008. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.
Jakarta: Rajawali Press
Santosa, Ippho
‘Right’. 2010. 7 keajaiban Rezeki. Jakarta: PT Elex Media
Komputindo
Sabiq, Sayid. 1983. Fiqh
al-sunnah,jilid 1. Beirut: Dar al-Fikr
Shihab, M. Quraish. 2002. Tafsir
Al-Misbah: kesan, Pksan, dan keserasian Al qur’an Vol.5. Jakarta: Lentera Hati
Syafi’I, Syaikh Jalal Muhammad. 2006. The
Power of Shalat. Bandung: MQ
Publishing
[3] Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemah, (Jakarta: CV. Penerbit
J-Art, 2005),
QS. At-Taubah ayat 103 hlm. 205
[7] Ibid,.QS.
Al-Maidah ayat 103, hlm. 125
[30] Hamka, Tafsir Al-Azhar
Juz V, (Jakarta: Pustaka Panjimas,1983), 256
[36] M.
Quraish Hihab, Tafsir
Al-Misbah: kesan,
pesan, dan keserasian Al qur’an Vol.5 ( Jakarta : Lentera Hati, 2002), 622
[37]Adiba A. Soebachman, Mari
Shalat
& Bershalawat, (Yogyakarta: Syura Media Utama, 2012), 48, 51-52.
[38] Musthafa Khalili, Berjumpa Allah dalam Shalat, (Jakarta:
Zahra Publishing
House,
2007),
106-108.
[40] Musthafa Khalili, Berjumpa Allah dalam Shalat, (Jakarta:
Zahra Publishing
House,
2007),
115-116